Mengenal Alkitab

Memandang Ke Depan

Penulis : Pdt Slamet Wiyono | Tue, 6 October 2015 - 17:31 | Dilihat : 2199

Ibrani 11:20

“Karena iman maka Ishak, sambil memandang jauh ke depan, memberikan berkatnya kepada Yakub dan Esau. “

Sampai kepada Ishak, berkat yang dijanjikan Allah, bahwa keturunannya akan seperti bintang dilangit dan pasir di pantai belum sepenuhnya digenapi.  Tapi Ishak mahfum benar bahwa berkat yang diturunkan dari Ayahnya, Abraham, itu adalah berkat yang progresif, bukan berkat yang saat itu ada dan langsung bisa dirasai kemunculannya secara penuh.  Bukan berkat secara instant bisa segera dinikmati. 

Dalam ketidakpenuhan janji Allah itulah Ishak memberkati kedua anaknya.  Berkat yang diturunkan Ishak kepada kedua anaknya bukanlah bentuk pengalihan, dari sesuatu yang belum dia terima, lalu berharap anaknya atau generasi selanjutnya akan menerima.  Berkatnya yang disampaikan kepada kedua anaknya juga tidak berarti berkat yang asal sebut saja sesui selera  hasrat hatinya kepada kedua anaknya.

Sebagai manusia yang punya kehendak dan hasrat yang besar, bisa dimungkinkan Abraham memberkati kedua anaknya dengan berkat yang didasarkan pada kecenderungan hatinya pada harta kehendak dunia.  Dengan begitu baik dirinya dan keturunannya kelak bisa diuntungkan.  Atau bisa saja Ishak memberkati kedua anaknya dengan berkat yang sifatnya lebih mudah dan cepat dirasai (berkat instant), setidaknya dia bisa sedikit mencicip hasilnya (berkat) sebelum dia meninggal,  sama seperti dia ingin mencicip makanan dari hasil buruan Esau, namun hal itu juga tidak dikatakannya.  Ishak tidak mengarahkan berkat itu sedikitpun demi menguntungkan dirinya.  Tapi mengarahkan keseluruhan berkatnya itu pada anaknya kelak sebagai bangsa yang besar dan diberkati Allah.

Ishak tidak berkata sembarang ketika memberkati.  Dia menjaga benar tradisi berkat yang diturunkan kepadanya.  Bahwa berkat itu diucapkan hanya satu kali dan tidak bisa ditarik kembali.  Berkat Ishak juga berkat yang sembarang diucapkan, sebab didasarkan atas ketetapan perjanjian yang dibuat Allah dengan Bapanya sendiri, Abraham.  

Kendati bagi Ishak berkat yang dijanjikan masih berupa sesuatu yang ada di masa mendatang, terkait dengan hal-hal yang ada jauh ke depan, namun percayanya mengarahkan hati dan dirinya seolah sudah menerima berkat itu.  Di sinilah nampak jelas sikap Iman yang ditunjukkan Ishak, yang oleh penulis surat ibrani dikonfirmasi sebagai sebuah nilai yang baik dan benar.   Sebuah bentuk keberimanan yang diharapkan penulis Ibrani dimiliki juga oleh penerima suratnya. 

Dengan menyitir kisah iman dari Ishak, penulis Ibrani berharap penerima suratnya bisa meneladaninya.  Bukan sekadar soal kenikmatan atau keuntungan apa yang bisa dicicip atau didapat ketika mengenal Yesus, ketika menjadi Kristen.  Tapi lebih jauh dari itu, berkat kekal apa yang didapat kelak.  Bukan sekadar orientasi berpikir untuk hari ini, di dunia ini, tapi berpikir bagaimana Allah yang sejak kekekalan sudah merancangkannya, dan bagaimana dia memelihara janji itu, sampai akhirnya nanti di kekekalan umatnya bisa merasai dengan sepenuhnya janji Allah itu.  Slawi

Lihat juga

Komentar


Group

Top