Cornelius Otto Jansen 1585-1638
Akhirnya buku penting itu diterbitkan. Setelah sekian lama mengalami proses penulisan dan menunggu saat yang tepat, di tahun 1640, dua tahun sepeninggal penulisnya, buku bertajuk "Agustinus" itu pun dapat dinikmati khalayak. Cornelius Otto Jansen, penulis buku "Agustinus", melalui karyanya itu hendak mewarnai dunia teologi dengan pemikiran yang sebenarnya bukanlah baru, tapi romantisme dan daur ulang dari wacana teologis Aurelius Agustinus, seorang santo dan Doktor teologi yang terkenal di masanya. Agustinus juga dikenal sebagai salah satu tokoh terpenting dalam perkembangan Kekristenan Barat.
Melalui rumusan teologi ala Agustinus, Cornelius Otto Jansen, seorang pelopor gerakan pembaharuan dalam Gereja Katolik Roma di Prancis pada abad ke-17 dan 18 ini membuat gebrakan radikal yang mengejutkan. Tidak mengherankan jika kemudian pandangan-pandangannya menyebabkan pertikaian antara gereja Katolik Roma dengan Ordo Jesuit.
Wacana-wacana teologi ala Jansen sebenarnya serupa dengan pandangan para reformator Protestan, namun hal itu tidak menjadi alasan bagi Jansen untuk kemudian berniat bergabung ke dalamnya. Jansen lebih memilih tetap tinggal dalam gereja Katolik Roma. Perbedaan teologi Jansen dengan para teolog reformator protestan terletak pada penolakannya pada doktrin pembenaran oleh iman sebagaimana diajarkan oleh tokoh-tokoh reformator Kristen. Sebab menurut Jansen, bahwa kehidupan Kristen yang sempurna hanya dapat diperoleh melalui gereja Katolik Roma.
Penyelidikan mandiri teolog kelahiran Acquoi, dekat Leerdam 28 Oktober 1585 ini terhadap pemikiran Santo Agustinus menyedot perhatian banyak orang. Tak pelak, beragam dukungan hingga kutukan pun kerap menghampiri. Dalam buku "Augustinus", karyanya yang terdiri dari tiga bagian itu, Jansen menyajikan analisis yang seksama dan sistematis tentang pemikiran-pemikiran Agustinus mengenai doktrin pre-determinasi, kedosaan manusia, dan rahmat keselamatan Allah melalui Tuhan Yesus Kristus. Ajaran-ajaran Jansen yang kontroversial menyebabkan bukunya yang berjudul Augustinus itu dimasukkan dalam Indeks Buku-buku Terlarang oleh Paus Urbanus VIII pada tahun 1643. Tidak hanya satu pimpinan gereja, pada 1653, Paus Innocentius X juga mengutuk proposisi-proposisi yang berasal dari Jansen, khususnya yang berkaitan dengan doktrin pre-determinasi. Kata-kata bidat juga sempat disematkan dalam nama dan karyanya, bahkan para Jansenis, oleh Paus Klemens XI pada 1713.
Jansen tidak sendiri, ada begitu banyak orang yang pada akhirnya mendukungnya. Alumni Universitas Leuven (Louvain) di Spanish Netherlands pada tahun 1602 ini juga mendapat pengikut yang cukup banyak, bahkan beberapa di antaranya adalah nama-nama yang sudah tidak asing lagi di telinga orang, yakni Antoine Arnauld dan Blaise Pascal.
Teologi dan pergerakan Jansen ini kemudian dikenal dengan nama Jansenisme, sebuah teologi dan pergerakan yang muncul pada masanya untuk menyerang pokok-pokok teologi etika para Yesuit. Para Jansenis kerap mempersalahkan para Yesuit karena ajaran mereka yang penuh optimisme tentang manusia. Kaum Jansenis juga menentang kaum Yesuit yang memberikan absolusi kepada orang-orang yang mengaku dosa. Tentang hal ini para Jansenis memiliki prinsip yang teguh, bahwa absolusi hanya diberikan kepada orang-orang yang sungguh-sungguh mampu membuktikan pertobatannya. Mereka juga berpandangan bahwa komuni harus diterima dengan penuh khidmat dan hormat. Slawi