Sapaan Gembala

Beribadah Namun Jauh Dari Allah

Penulis : Pdt Julius Mokolomban | Fri, 26 July 2019 - 14:02 | Dilihat : 5827
Tags : Allah Beribadah Ibadah Jauh Julius Julius Mokolomban

“Jauh dimata dekat dihati” pepatah Indonesia yang sangat dikenal secara turun-temurun samapai zaman sekarang ini. pepatah yang memiliki makna yang luar biasa, memberikan pengertian tentang sebuah kehidupan, relasi antara insan manusia. Dirimu memang jauh disana, namun engkau selalu dihatiku. Sebuah arti yang indah yang mewarnai kehidupan manusia, patut untuk dipikirkan dan direnungkan bersama. Bercermin dari pepatah di atas, adakah kita semakin dekat dengan Dia yang empunya kehidupan, atau malah justru sebaliknya?

Nabi Yesaya pernah mengatakan: Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan (Yes.29:13). Sungguh ironis. Sejak dalam Perjanjian Lama, manusia sudah menjadi hebat dalam bersandiwara, hidup dalam kemunafikan, menjadi gaya hidup yang selalu dipertontonkan dihadapan manusia bahkan lebih menyesatkan lagi hal yang sama ditunjukkan dihadapan Allah. Maka menjadi tidak heran lagi kalau umat menjadi jauh dihadapan Allah sekalipun mereka beribadah kepadaNya.

Jauh dari Allah namun terkadang tidak pernah disadari. Jauh dari Allah siapa yang menginginkannya? Cenderung kita merasa dekat dengan Allah, apalagi kita sebagai kelompok orang yang mengaku percaya kepada Yesus Kristus. Orang Israel bangga dengan status sebagai umat pilihan Allah, mereka berpikir merekalah yang benar. Mulut bibirnya tampak memuliakan Tuhan, hidup tampak beribadah kepada Tuhan, mereka mendengar langsung suara Allah, mereka melihat langsung perbuatan ajaib Allah dalam keseharian kehidupan, namun sesungguhnya mereka jauh dari Allah. Sungguh menyedihkan!

Hati yang menjauh dari Allah, menjadi ukuran pasti kehidupan umat pilihan saat itu. Hidup beribadah tetapi hanyalah Karena perintah manusia. Tidak ada kesadaran diri, tidak ada pengakuan sungguh dihadapan Allah. Harusnya hatinya terikat kepada Tuhan seperti ikat pinggang yang baik, namun justru sebaliknya yang terjadi. Menyedihkan tetapi itulah yang terjadi. Bagaimana dengan kehidupan gereja saat ini? Bagaimana dengan kehidupan yang kita jalani sampai sekarang ini?

Hidup beribadah harusnya menjadi gairah gereja masa kini. Kita bukan bertanding dalam semangat suam-suam kuku, tetapi berdiri dalam kekokohan, keteguhan iman percaya yang terus bertumbuh. Orang Kristen jangan hanya bangga Karena sudah beribadah, berdoa dan bersekutu bersama, dan jangan pernah bangga karena hidupmu dalam lingkup kerohanian, tetapi justru kita harus bijak diri, sadar diri, dan jangan tersesat dalam sandiwara kehidupan. Tidak ada satupun manusia yang tahu akan isi hatimu, karena itu tersimpan jauh dan tak tersentuh bahkan oleh diri kita sendiri. Maka berhati-hatilah dengan hatimu, hatiku, hati kita semua.

Beribadah kepada Tuhan menjadi tidak berarti, saat hidup sandiwara menyelimuti insan manusia. Gereja terpanggil untuk kembali menjadi dekat dengan Allah. “Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh," sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus” (Ef.2:13). Tidak ada lagi sandiwara, tidak ada lagi kemunafikan sehingga yang ada adalah hati yang sudah diperbaharui oleh darah Yesus Kristus. Hati yang percaya, hati yang tunduk, hati yang taat kepadaNya. Sungguh bahagialah hidup ini, ketika kita beribadah dengan hati yang sungguh kepadaNya. Segala kemuliaan dan hormat hanya bagi Tuhan. Tuhan memberkati

Lihat juga

Komentar


Group

Top