Damai menjadi kebutuhan dasar setiap manusia, terbukti banyak diantara kita yang mencari tempat tenang. Kehidupan perkotaan yang sumpek, dunia pekerjaan yang sibuk, kehidupan yang penuh persaingan, segudang persoalan yang menekan, membuat manusia mencari ketenangan atau damai itu melalui berbagai cara. Di dalam Matius 5:9, Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah”. Membaca ayat tersebut justru tampak menjadi berbeda dengan apa yang kita harapkan. Manusia berjuang ingin mendapatkan kedamaian, tetapi Yesus Kristus menghendaki kita menjadi pembawa damai itu.
Kedamaian justru ada pada orang-orang yang membawa damai dan mereka berbahagia, mengapa? Hal penting yang harus kita ingat adalah, dunia dimana kita tinggal adalah tempat yang sudah menjadi porak poranda karena dosa, manusia kehilangan damai yang sesungguhnya dan yang terjadi adalah permusuhan. Dosa membuat manusia menjadi seteru Allah, terpisah dari Sang Damai, tidak ada kebahagiaan dan yang ada hanyalah kekacauan belaka. Kebutuhan dasar tidak lagi berpihak dengan kita, karena semua cenderung memuaskan diri sendiri. Kondisi inilah maka Kristus hadir menyelamatkan manusia, kita yang menjadi musuh Allah sekarang diperdamaikanNya (Roma5:10). Yesus Kristus sudah memperdamaikan kita dengan BapaNya, Ia tampil sebagai Pribadi yang membawa damai, dengan mengorbankan diriNya mati di atas kayu salib. DipenderitaanNya tercipta kebahagiaan, dipengorbananNya Ia mewujudkan pendamaian. Maka tidak heran, kalau saatnya, Yesus memerintahakan murid-muridNya untuk melakukan hal yang sama. Taat melakukan perintahNya itulah kebahagiaan. Bagaimana dengan kehidupan orang Kristen masa kini?
Panggilan Orang percaya adalah mereka yang menjadikan Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi, dan membawa damai. Gereja memiliki tanggungjawab besar menjalankan misiNya, menjadi saksi Kristus dimanapun berada. Menyampaikan Injil Kerajaan Allah kepada setiap insan manusia. Pembawa damai, menuntun orang kepada pertobatan. Menerima Kristus sebagai Tuhan adalah peran penting orang percaya saat ini. Masihkah kita melakukannya? Jangan sampai kita terjebak dalam pemuasan diri dan mencari kedamaian pribadi, tanpa peduli pada apa yang menjadi perintahNya bagi kita.
Hidup membawa damai, biarlah menjadi gairah kita bersama. Jangan lagi tampil menjadi pribadi yang membawa kekacauan, dengan terus berjuang hidup di dalam kesalahan. Jauhkanlah dalam diri kita menjadi batu sandungan bagi orang lain, tetapi raihlah kemenangan dengan membawa orang kepada Sang Empunya kedamaian. Santo Fransiskus dari Asisi pernah berkata dalam doanya : “Ya Tuhan, dimana ada kegelapan, biarlah kami menyalakan terang, dimana ada kebencian, biarlah kami membawa damai”.
Bagian terakhir dari ayat di atas, mereka akan “disebut sebagai anak-anak Allah”. Sungguh luar biasa, begitu jelas, terang-terangan Yesus mengatakannya pada muridNya. Tidak ada alasan bagi Orang Percaya apalagi berusaha menghindari untuk tidak membawa damai, karena kita menyandang status anak-anak Allah. Kebahagiaan semu ada pada orang-orang yang tidak mengenal Allah, namun kebahagiaan yang sesungguhnya ada pada anak-anak Allah yang hidupnya berkenan kepadaNya. Tuhan memberkati!