Berbicara tentang kasih Allah memang tiada habis untuk diungkapkan. Apapun cara yang dipakai untuk mengungkapkannya. Kasih Allah begitu limpah, besar, kaya, dalam, luas dan tingginya tiada tertandingi dan tiada terukur nilainya. Meski demikian namun terkadang kita masih bertanya, apakah Allah mengasihi saya dan bagaimana Ia mengasihi saya? Kapan Allah mengasihi saya? Kalau Allah kasih dan mengasihi saya mengapa hidup saya, kesehatan saya, ekonomi saya, pekerjaan saya, usaha saya dan lain-lainnya mengalami kesulitan ini dan itu? Pertanyaan ini telah sering sekali ditanyakan oleh tak terhitung banyaknya orang. Mengapa bisa demikian? Karena manusia gagal dalam memahami Allah yang mengasihi dan salah dalam mengerti kasih Allah. Manusia cenderung mengukur kasih Allah dengan berdasarkan selera dirinya yang telah tercemar oleh dosa. Manusia berdosa kita mengukur kasih Allah dengan hal-hal yang bersifat kuantitatif seperti; kekayaan materi, kesehatan fisik, jabatan, kekuasaan, popularias dll. Itulah selera kita dan itulah yang cenderung kita pakai untuk mengukur kasih Allah pada kita. Padahal kasih yang Allah nyatakan dan cara bagaimana Ia menyatakan kasih-Nya pada dunia sangat bertolak belakang dengan cara dunia memahaminya.
Kalau seseorang ditanya, “Apakah wujud kasih Allah kepada manusia?” Umumnya menjawab, “Kasih Allah dinyatakan dengan pemeliharaanNya terhadap manusia. Allah memberi kehidupan, matahari, udara, air, makanan, tumbuhan, hewan, dan apapun di dunia ini untuk memelihara umat manusia. Itulah wujud kasih Allah.” Jawaban itu benar namun hanya bersifat umum. Mengapa? Karena semua pemberian itu adalah fasilitas yang memang disediakan Allah ketika menciptakan manusia. Tanpa itu, manusia akan musnah. Dan pemeliharaan itu pun hanya bersifat jasmani belaka.
Bagaimana Allah menyatakan kasih-Nya, kita dapat memperhatikan bagaimana Allah mengaruniakan, mengutus Anak Tunggal-Nya, Yesus Kritus lahir ke dunia. Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.” (1 Yoh.4:9; Yoh. 3:16). Yesus Kristus adalah Allah. Melalui Dia kasih Allah dinyatakan kepada dunia. Ketika Yesus Kristus menjadi manusia, lahir ke dalam dunia, melalui seorang perempuan perawan bernama Maria, siapa yang mau memperhatikannya? Siapa yang mau menerimanya? Siapa yang mau mengakuinya sebagai Raja? siapa yang mau percaya pada Dia? Siapa yang mau datang menyembah Dia? Yaitu mereka yang diperkenan-Nya.
Kasih Allah dinyatakan dengan Kelahiran Yesus Kristus ke dalam dunia. Kristus lahir untuk menyelamatkan umat-Nya dari kematian yang diakibatkan karena dosa mereka. Semua manusia telah berdosa, dan upah dosa ialah maut (Rm. 3:23;6:23). Manusi berdosa tidak mempunyai kasih pada Allah dan pada sesama. Manusia berdosa tidak mampu menyatakan kasihnya pada Allah. Manusia memerlukan kasih Allah untuk menyelamatkan jiwa mereka dari kebinasaan. Kasih Allah jauh lebih besar daripada sekedar pemeliharaan di dunia ini. Allah sungguh amat berbelas kasihan pada umat manusia yang saat ini tanpa sadar sedang berjalan beramai-ramai menuju kebinasaan kekal. Mengapa manusia berjalan ke neraka? Karena mereka telah memberontak melawan Allah. Tidak ada yang dapat menolong mereka dari hukuman itu.