Sering timbul pertanyaan bila seseorang tidak tahu, ragu-ragu apa yang dia lihat, dibaca dan begitupun orang saduki dalam nats di atas, mereka bertanya oleh karena mereka lemah dalam memahami kiab suci. siapakah orang Saduki itu? mereka adalah pemimpin agama Yahudi, yang sebagian terdiri dari imam-imam. Mereka mendasarkan pengajarannya pada kelima kitab Musa dan menolak segala adat istiadat yang ditambahkan kemudian. pemahaman mereka yang mendasar adalah mereka tidak percaya bahwa adanya kebangkitan dan adanya malaikat.
Dengan membaca siapa mereka, maka kita mempunyai gambaran bahwa sebenarnya mereka bukan orang awam yang tidak mengerti tentang kitab suci, sayangnya pemahaman mereka tentang kitab suci yang mereka pegang begitu dangkal termasuk pemahaman tentang kebangkitan dan adanya malaikat, mereka berpendapat bahwa tidak ada kebangkitan, sebab mereka berpendapat jika ada kebangkitan maka keinginan daging pun ada disana itulah pemahaman dangkal mereka.
Seperti percakapan mereka dengan Tuhan Yesus. Matius 22:28 “siapakah di antara yang ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? sebab mereka semua sudah beristerikan dia”. Pertanyaan ini sepertinya konyol atau tidak berbobot sehingga Yesus menjawab dengan nada tinggi dengan keras berkata kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti kitab suci dan kuasa Allah! tentu kalimat Yesus ini menyentak hati orang Saduki yang selama ini mereka mengklaim diri bahwa mereka adalah pemimpin agama yang notabene mengerti akan kitab suci, ternyata justru Yesus berkata bahwa mereka itu sesat. Miris seorang pemimpin agama dianggap sesat. Kemudian Yesus menjelaskan lebih spesifik ayat 29 “ karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di Sorga.
Pada masa kini banyak pengajaran yang semakin menjamur melalui medsos, yang mendengarnya pun semakin bingung untuk menyimpulkan mana yang baik dan mana yg benar akhirnya “ditelan saja” tanpa dipahami, dianalisa dan sebagainya karena yang berbicara orang pintar mengklaim diri sudah berilmu agama pengalaman segudang dalam hal berbicara namun banyak pendengar yang di inabobokan melongo disaat mendengar salut pada orang yang berbicara karena fasih dalam merangkai kata-kata pintar dalam menata bahasa sehingga ketertarikan pendengarpun tak terhindarkan ibarat seorang marketing bahasa ditata sedemikian rupa demi menarik pelanggan. Apakah kebenaran dilakukan seperti itu tentu tidak bukan? karena urusan kita hanya mewartakan urusan seseorang percaya kepada kebenaran yang hakiki itu Roh Kudus yang bekerja. Ada banyak orang yang hanyut dalam pengajaran yang salah mereka mendengar dan melakukannya tanpa disaring lagi sehingga mereka tidak tahu arah kebenaran yang sejati.
Menyikapi pertanyaan –pertanyaan yang muncul di sekitar kita tentu setiap umat Kristen harus bertanggung jawab memberi jawaban yang tepat dengan memahami kitab suci dengan tepat, beribadah di gereja bukan hanya datang duduk diam dengar namun selebihnya harus mengerti memahami dengan sesuai konteks Alkitab yang adalah kebenaran yang sejati.
Rasul Paulus pernah berkata kepada orang Filipi 3:2 “Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang jahat. Apa hubungannya dengan yang di atas tidak lain dan tidak bukan adalah kewaspadaan anak-anak Tuhan agar setiap kebenaran yang didengar tidak hanyut dalam pemahaman yang salah maka dengan demikian mampu memberi jawaban disetiap pertanyaan. Biarlah pemahaman orang Saduki yang mengklaim diri adalah pemimpin agama yang ternyata pemahaman mereka sangat dangkal maka tidak tertutup kemungkinan dimasa kini ada banyak bermunculan warna yang sama mengklaim diri pemimpin agama padahal pemahamannya sangat dangkal mari berpaculah dalam mengerti kebenaran. Roh Kudus pasti menolong.