Semua orang, apapun statusnya tidak terlepas dari pergumulan. Mulai dari pergumulan yang kecil atau ringan sampai pergumulan yang besar atau berat. Entah pergumulan tentang keluarga, pasangan hidup, pekerjaan, ekonomi, kesehatan, relasi dengan sesama dan lain sebagainya. Adakalanya pergumulan itu bisa kita atasi tetapi tidak sedikit juga membuat kita berada pada situasi yang seolah-olah tidak ada jalan keluar. Hal demikian juga dialami oleh orang-orang berimana di dalam Alkitab, salah satunya adalah Elia (1 Raj. 19:9-18). Elia adalah seorang nabi yang dipakai Tuhan luar biasa, yaitu melawan para nabi Baal. Dia melayani Tuhan, namun ia merasakan juga yang namanya tekanan hidup. Walau, mungkin pergumulan yang dia hadapi adalah berbeda dengan apa yang kita alami, namun pergumulannya bukan pergumulan yang ringan, melainkan pergumulan yang berat. Ia bahkan ingin mati, sebagaimana ia berkata, "Cukuplah itu! Sekarang ya Tuhan, ambillah nyawaku.." (1 Raj. 19:4). Ini berarti pergumulan nabi Elia sangat berat. Dari sepenggal kisah Elia ini mungkin membuat kita bertanya apakah Tuhan meninggalkan Elia? Apakah Tuhan tidak mengasihi Elia? Tentu jawabannya “Tidak”. Tuhan tidak meninggalkan Elia dan kasih Tuhan tetap ada untuk Elia.
Demikian halnya dengan kita, sebesar apapun pergumulan yang kita hadapi percayalah Tuhan selalu menyertai dan kasih-Nya menaungi kita. Mungkin orang-orang disekitar kita mulai meninggalkan kita namun satu hal yang perlu dan tetap kita ingat bahwa Tuhan perduli kepada kita. Dia tidak pernah jauh dari kita bahkan Dia berjanji akan memberikan kelegaan kepada setiap kita yang letih lesu dan berbeban berat (Matius 11:28).
Hal berikut yang perlu kita ingat dan sadari ketika kita menghadapi dan mengalami pergumulan yang berat adalah bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi yang mengasihi- Nya. Itulah yang disampaikan oleh rasul Paulus dalam tulisannya kepada orang percaya di Roma (Rm. 8:28). Memperhatikan kembali kisah Elia, yang berjuang melawan para nabi Baal dan membuat diri Elia merasa tertekan hidupnya. Namun kalau kita memperhatikan dari dampak yang dilakukan oleh Elia adalah bahwa Allah ingin melakukan sesuatu yang baik bagi umat-Nya dan juga bagi Elia. Melalui hidupnya yang merasa tertekan, Allah menyatakan diri kepada Elia sehingga ia semakin mengenal Allah yang memelihara dan memberikan kekuatan kepadanya. Begitu pula dengan kita, bahwa kita percaya Tuhan tidak pernah salah dalam rancangan-Nya. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi yang mengasihi- Nya.
Selanjutnya, ketika pergumulan itu tak kunjung usai, arahkan seluruh hidup kita untuk melihat segala kebaikan Allah yang telah memelihara kehidupan kita. Kita perlu membuka mata rohani kita untuk melihat kehadiran Tuhan. Kalau kita mau jujur, sebetulnya apa yang kita zoom ketika sedang menghadapi pergumulan? Bukankah kita cenderung meng-zoom kesulitan yang kita hadapi ketimbang meng-zoom akan kasih dan kebaikan Allah yang telah dinyatakan kepada kita dalam diri Tuhan Yesus, yang telah menyerahkan nyawa-Nya mati di kayu salib karena kasih kepada kita. Dalam nyanyian pengajarannya, bani Korah berkata, mengapa engkau tertekan hai jiwaku, dan gelisah dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku (Mzm. 42:6). Kiranya Tuhan menolong kita dalam menjalani kehidupan yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Tuhan memberkati.