Tuhan menyukai ibadah kita, benarkah itu? Ibadah kepada Allah bisa diungkapkan apabila dilaksanakan dengan hati, ibadah dengan hati sebuah makna dalam pengertian umum. Pertanyaan di atas mengingatkan saya bagian firman Tuhan yang tertulis di Yesaya 29 : 13 “Tuhan berfirman : Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan. Bagian lain juga mengatakan, Matius 15:8-9 , mengukapkan : “ Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, pada hal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.”
Matius mengutip nubuat Yesaya yang didasarkan pada LXX dari Yesaya 29:13, menunjukkan kesia-siaan hal-hal luar yang dihasilkan oleh agama buatan manusia, orang-orang Yahudi pada saat itu sangat menjunjung tinggi adat-istiadat nenek moyang mereka yang adalah tradisi dari mulut ke mulut yang berasal dari rabi-rabi besar dan dianggap sebagai tambahan dalam menafsirkan Alkitab, maka dikemudian hari disusun secara sistematis dan dicatat dalam Mishna. Sehingga dianggap sama kuasanya dengan hukum Taurat.
Ibadah atau penyembahan memberika porsi besar pada aspek sikap hati yang telah membuat keputusan untuk percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat. Soal ke gereja atau tidak ke gereja bukanlah sesuatu yang penting, sebab ibadah atau penyebahan tidak mesti di gereja namun bukan dalam arti kita juga meninggalkan gereja sebagai tempat untuk bersekutu bersama. Ibrani 10:25. Mengatakan: janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan ibadah-ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasehati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan satu dengan yang lainnya artinya dalam perkumpulan ibadah bukan saja hanya menyembah Tuhan tetapi didalamnya ada kegiatan sosial yakni: saling menasehati, menguatkan, mendorong, dan lain-lain. Ibadah atau penyembahan perlu sikap hati yang benar dan tertuju hanya kepada Tuhan saja. Tuhan menyukai ibadah kita bukan oleh karena hebat gagahnya kita, bukan pula karena kata-kata kita yang lemah lembut. Sering kali kita bersandiwara kalau kita sedang ada diruang ibadah untuk menyembah Tuhan, kita membuka mulut untuk menyembah Tuhan, bernyanyi , berdoa, memberi persembahan, dan lain-lain.
Hal ini sah-sah saja menurut ukuran manusia, tetapi ukuran Tuhan tidak bisa. Yesus mengecam ahli-ahli Taurat, “celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.” Agar Tuhan menyukai ibadah kita, matikan sifat kemunafikan dan sikap bersandiwara, tunjukanlah sikap hati yang benar di hadapan-Nya maka ibadahmu akan disenangi oleh Tuhan Yesus Kristus. Semoga sapaan gembala ini dapat mengingatkan kita dalam sikap beribadah kepada Tuhan sehingga ibadah kitapun disukai oleh Tuhan Yesus Kristus.