Situasi pandemi yang kini berubah menjadi endemi, membuat kita semakin leluasa menjalani hidup serta mengikuti banyak kegiatan, salah satunya, kegiatan rohani. Saat ini, banyak orang senang kembali beribadah, mengikuti persekutuan, doa bersama, ke gereja bersama serta mempersembahkan korban. Ini semua adalah hal yang baik. Tetapi yang menjadi persoalan saat ini, banyak diantara orang percaya, yang tidak menyukai pertobatan. Manusia berdosa, cenderung jauh dari kebenaran, sekarang harus berani mengubah haluan hidup yang benar, yaitu, melalui pertobatannya. Alkitab menuliskan: “Yunus bangkit, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan. Mulailah Yunus memasuki kota itu, sehari perjalanan jauhnya, lalu ia berseru, "Empat puluh hari lagi, Niniwe akan ditunggangbalikkan,"[ Yunus 3:3-4].
Niniwe adalah kota yang besar, pernah menjadi ibukota Asyur, dan orang-orangnya hidup jahat dihadapan Tuhan. Bahkan dikatakan kejahatan mereka telah sampai kepada Tuhan, semua hidup tidak benar, semua tertuju pada dunia dan kekerasannya. Dalam situasi ini, Tuhan tetap memperhatikan dan menginginkan untuk mereka datang kepada Tuhan. Tuhan menunjukkan belaskasihanNya, sekalipun Yunus tidak menginginkannya. Tuhan memakai Yunus untuk tujuanNya, maka Yunus tidak punya hak untuk menghalangi apalagi mengabaikan perintahNya. Akhirnya, Yunuspun ke Niniwe menyuarakan hukuman Tuhan bagi mereka.
Tuhan berbelaskasih kepada Niniwe, empat puluh hari menjadi kesempatan untuk mereka bertobat. Tuhan memberi waktu bagi mereka, Niniwe akan dituggangbalikan. Hal ini mengingatkan kita bagaimana Allah menunggangbalikan Sodom dan Gomora. Maka menjadi tidak heran ketika Niniwe mendengar firman Tuhan melalui nabi Yunus, mereka menjadi percaya kepada Tuhan [ay.5]. Percaya kepada Tuhan menjadi langkah awal bagi orang-orang Niniwe. Demikian juga, Ketika orang-orang di dalam kapal mengetahui, bahwa Yunus adalah orang Ibrani yang takut akan Tuhan, takutlah mereka kepada Tuhan dan mempersembahkan korban kepadaNya [1:8-16]. Tuhan mengasihi manusia, tetapi Tuhan juga memurkai manusia yang tidak hidup pada tujuanNya.
Orang Niniwe, membuktikan kepercayaan mereka kepada Tuhan. Mereka berpuasa, berkabung karena pelanggaran-pelanggaran yang mereka lakukan. Bahkan raja Niniwe yang biasanya berpakaian jubah indah dan duduk disinggasana yang terhormat, kini, menanggalkan jubah kehormatannya serta menyelubungi diri dengan kain kabung. Singgasana yang maha mulia, tempat duduk yang terhormat, kini menjadi tidak berarti lagi baginya. Semua ditinggalkannya dan mengambil tempat yang hina dengan duduk diatas abu. Kekuasaan, kehormatan, jabatan, kemewahan dan kemuliaan dunia tidak dapat menyelamatkan kita dari hukuman Tuhan. Semuanya menjadi tidak berarti, apalagi ketika hidupmu tertuju pada dunia dan kejahatannya. Adakah kita serius dengan kepercayaan kita? Adakah kita bertanggungjawab dengan iman kita? Dan adakah Kristus dihatimu? Buktikanlah dengan cara hidupmu yang benar. Niniwe berbalik dari tingkah lakunya yang jahat. Mereka menyesali akan dosa-dosanya serta memohon dengan sungguh-sungguh untuk diluputkan dari hukuman Tuhan. Keseriusan Niniwe, percaya dan datang kepada Tuhan dibuktikannya dengan hidup berbalik dari prilaku yang jahat. Mereka hidup dalam pertobatan dan alkitab mengatakan: ‘Ketika Allah melihat perbuatan mereka, yaitu ketika mereka bertobat dari jalan mereka yang jahat, menyesallah Allah karena malapetaka yang dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia tidak melakukannya’[ay.10].
Dari kisah pertobatan Niniwe, kita dapat belajar bersama:
Dengan demikian, biarlah setiap kita yang percaya kepada Tuhan, terus mengarahkan bahtera hidup kita kepadaNya, menghadapi setiap goncangan dan tantangan kehidupan. Ingat, jangan pernah berhenti, apalagi berbalik, tetapi teruslah hidup benar, hiduplah dalam pertobatan, karena itulah kehendak Tuhan bagi kita semua. Tuhan memberkati.