Dalam kehidupan beragama manusia pasti akan diperhadapkan dengan dosa. Ketika berdosa maka manusia berusaha untuk mencari cara bagaimana ia bisa menyelesaikan dosa. Ada orange yang berusaha menyelesaikan dosa mengimbanginya dengan perbuatan baik dan melakukan banyak amal kepada orang lain. Ada yang menganggap bahwa untuk menyelesaikan dosa, seseorang harus mematikan sifat-sifat atau kecenderungan dosa yang ada di dalam hati dan pikirannya, dia harus banyak-banyak merenung, bermeditasi mengosongkan hati dan pikirannya dari nafsu yang jahat. Ada juga yang mengajarkan bahwa manusia berdosa harus membayar dosanya dengan penderitaan. Lebih baik menderita di dalam hidup ini daripada menderita siksaan di dunia akhirat kelak. Dari semuanya ini dapat disimpulkan bahwa manusia sendiri harus berjuang melakukan sesuatu untuk membereskan dosanya. Bagaimana dengan kekristenan? Apa yang Alkitab sampaikan tentang cara manusia menyelesaikan dosanya? Dapatkan manusia membereskan dosanya sendiri?
Tentang keberdosaan manusia, Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa semua manusia telah berdosa. Sehingga manusia tidak lagi memiliki kemulaan Allah. Manusia mati dan tidak dapat memuliakan Tuhan. Dan apa yang dilakukan dan dihasilkan oleh manusia berdosa adalah dosa. Jika demikian dapatkan manusia mengeluarkan diri dari dosanya? Tidak. Jauhlah dari manusia untuk bisa membereskan dosanya. Kalau demikian bagaimana manusia bisa keluar dari dosa? Siapa yang sanggup membereskan dosa manusia? Hanya pribadi yang tidak berdosa yang bisa menyelesaikan dosa manusia. Dan penyelesaian dosa harus dengan kurban kematian. Oleh sebab itu mengapa Yesus Kristus mati dikayu salib?
Kematian Kristus sebagai wujud tindakkan Allah yang adil dan kesetiaan pada janji untuk menebus dosa manusia dan menyelamatkan manusia dari murka Allah. Di Taman Eden, suatu kalimat sanksi ilahi telah disampaikan yaitu bahwa pada hari engkau makan buah itu, engkau pasti mati (Kej. 2:17). Allah tidak menarik kembali sanksi hukuman yang telah Dia proklamirkan. Mengapa? Karena Allah adalah Allah yang setia pada firman-Nya. Oleh sebab itu maka kalimat yang telah keluar dari mulut Allah ini tidak ditarik Kembali oleh Dia. Apa masalahnya apa bila kalimat sanksi tersebut tidak dilaksanakan? Sekiranya kalimat ini tidak dijalankan, maka Dia menjadi Allah yang tidak bisa dipercaya lagi dan hukuman-Nya tidak bisa lagi dipegang, termasuk janji pengampunan dosa yang Dia berikan, tidak lagi bisa diyakini. Kalau Allah tidak konsisten dengan firman-Nya, dan kita tidak punya jaminan apapun, termasuk pengampunan dosa. Allah adalah Allah yang tidak berdusta (Bil. 23:19; Rm. 11:29)
Satu-satunya cara dan jalan untuk menyelesaikan masalah dosa manusia adalah dengan melaksanakan sanksi ilahi dan ada pihak yang dihukum. Hukuman harus jalan, yang berdosa harus dihukum! Ini menjadikan permasalahan semakin sulit, siapa yang sanggup menerima hukuman itu dan sekaligus mengatasinya? Hukuman itu sendiri adalah maut atau kematian. Kematian dalam aspek rohani berarti terputus, terpisah dan terbuang dari Allah sumber kehidupan. Akibat dari pelanggaran terhadap hukum Allah maka manusia diusir dari taman Eden. Hukuman atas manusia berdosa, maka mereka dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya, selama-lamanya (2Tes. 1:9). Dengan sanksi seberat itu, siapa berani berdiri di hadapan Tuhan dan berkata: “Saya orang berdosa, sekarang biar saya tanggung sendiri resiko hukumannya.” Melakukan itu berarti meminta neraka, dan kita tidak mau neraka. Dan untuk memungkinkan orang berdosa luput dari neraka, hanya ada satu cara. Kristus rela mati di kayu salib.
Manusia tidak mungkin bisa menanggung sanksi atas dosa yang sungguh-sungguh menakutkan bagi kehidupan. Manusia sama sekali tidak berdaya untuk lari dari hukuman. Tidak ada seorangpun dari manusia yang bisa menolong dirinya untuk lepas dari dosa, apa lagi menolong sesama. Tidak ada orang yang bisa mengatakan: “Biarlah saya mati menanggung dosamu supaya engkau tidak dihukum.” Orang lain tidak bisa melakukan itu, karena dia sendiri sama-sama ada di bawah ancaman hukuman kematian. Dan diapun tidak akan bisa mengatasi akibat hukuman tersebut. Dia bukan sekadar membayar hutang orang lain dalam jumlah tertentu, dia sedang berurusan dengan nyawa di dalam kekekalan.
Tidak ada orang yang bisa menghindari dirinya dari hukuman atas dosa, kecuali ada orang lain yang tidak bersalah, tidak berdosa, yang bersedia menggantikan orang berdosa menerima hukuman itu, dan sekaligus mampu mengalahkan akibat dari hukuman itu. Untuk itu, tidak ada orang yang bisa melakukan, kecuali Yesus Kristus. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Kor. 5:31). Dia yang benar rela mati untuk orang yang tidak benar. Dia ditikam karena pemberontakan kita, Dia harus diremukkan oleh karena kejahatan kita; supaya ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepada-Nya, dan supaya oleh luka yang diderita-Nya, kita boleh disembuhkan dan penyakit dosa yang mengancam kematian nyawa kita secara kekal; supaya kita domba-domba yang telah sesat itu bisa dipanggil pulang kembali. (Yes. 53:1-6).
Karena itu, betapa berbahagianya orang-orang yang menerima dan percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan juruselamat bagi kehidupannya, karena mereka telah mengalami jasa kematian Yesus Kristus yang menyelamatkan mereka dari kematian yang kekal. Sebagai orang percaya, kita seharusnya menjadi orang yang selalu ingat dan bersyukur atas apa yang telah Yesus Kristus lakukan bagi kita. Bukan hanya bersyukur di bibir saja, tetapi juga hidup sesuai dengan firman-Nya, dan dengan serius menjaga kekudusan dan kemuliaan hidup kita sebagai orang yang telah diselamatkan dan dianugerahkan kemuliaan-Nya, yaitu hidup sebagai anak-anak Allah.