Penangkapan Yesus di taman Getsemani, membuat zona nyaman murid-muridNya terganggu. Bahkan apa yang sebelumnya mereka katakan, luntur ketika masalah datang. Ada penghianatan dan penyangkalan, bahkan semua lari dan meninggalkanNya. Mereka tidak lagi berani seperti waktu menjadi penjala ikan, berani menghadapi tantangan dan rintangan. Kini semua berubah, semua menjadi lemah dan tak berdaya. Petrus yang pemberanipun tampak penuh ketakutan, pertanyaan demi pertanyaan orang terhadap dirinya, membuatnya berani berkata, “aku tidak mengenalNya”. Bahkan ia bersumpah, dia tidak mengenal Yesus. Situasi membuat hatinya menjadi kacau dan takut. Situasi membuat Petrus kehilangan damai sejahtera. Demikian juga dengan murid-murid Yesus yang lain.
Penyaliban dan kematian Kristus, bukan hanya membuat pengikut Yesus ketakutan, tetapi juga semua harapan menjadi sirna, bahkan kehilangan kedamaian. Alkitab mencatat, mereka berkumpul dengan pintu rumah yang tertutup, mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Hari-hari yang mereka jalani kini berbeda, ketika Yesus terpisah dengan mereka. Terpisah dengan Yesus, murid kehilangan harapan. Dunia tak memberi jaminan. Keterpisahan dengan Yesus membawa kepada kelemahan dan ketidakberdayaan.
Peristiwa 2000 tahun yang lalu, mengingatkan kita semua, dengan kehidupan masa kini. Situasi yang tidak menentu, pandemi, sakit yang berkepanjangan, kehilangan orang yang kita kasihi, kejahatan yang terus meningkat, pembunuhan dan bencana alam, terkadang membuat banyak orang ketakutan, bahkan kehilangan harapan. Yang lebih menyedihkan lagi, orang percayapun mengalami hal yang sama, ketika gereja tidak lagi menjadi tempat yang damai. Saling curiga dan menyalahkan, kehilangan kesehatian dalam tujuan bersama. Bahkan, terkadang Kristus bukan lagi menjadi pusat pemberitaan.
Kegalauan murid-murid Yesus terjadi karena mereka terpisah dengan Kristus, Sang Damai itu sendiri. Namun, bukankah Kristus sudah bangkit dari kematian? Haruskah kita berkutat dalam kekuatiran dan ketakutan hidup? Tentu tidak, “damai sejahtera bagi kamu.” Itulah yang diingatkan Yesus.
Kristus sudah bangkit, hadir memberi damai sejahtera. Zona kebenaran menjadi tempat perteduhan orang percaya. Jangan lagi kita membenamkan diri pada situasi dunia yang tidak memberi pengharapan. Damai sejahtera sudah diberikanNya bagi kita, maka sudah seharusnya Gereja menjadi pembawa damai yang memberi ketenangan dan bukan sebaliknya. Alkitab mencatat: “Ketika hari itu sudah malam, yaitu hari pertama dalam minggu itu, dan pintu-pintu tempat para murid berkumpul tertutup, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka serta berkata, "Damai sejahtera bagi kamu!" (Yohanes 20:19).
Yesus Kristus bangkit dari kematian, menjadi bukti Dia berkuasa atas kematian dan kebangkitan. Dia memberi kehidupan, Dia juga memberi damai sejahtera, bagi yang percaya kepadaNya. Damai itu dari Tuhan, jangan jauh dariNya. Tuhan memberkati!