Natal Tanpa Kristus
Ketika Desember tiba, pernak pernik Natal mulai bertaburan di sana sini mendominasi hiasan setiap tempat yang ada. Mulai dari gedung gereja, jalanan, mall-mall, hingga tempat keramaian lainnya. Bukan hanya itu, gegap gempita kidung Natal dikumandangkan dengan alunan musik yang sangat indah, sehingga suasana Natal sangat terasa di sini. Semarak Natal tak hanya menjadi special bagi umat Kristiani, tapi juga menjadi selebrasi bagi nonKristen yang ada di berbagai tempat. Karena di momen ini memberi peluang bagi banyak orang untuk merauk keuntungan sebanyak-banyaknya dan sekaligus kesempatan bisa rehat sejenak dari rutinitas yang ada. Natal sangat lekat dengan asesoris-asesoris yang indah, tawaran diskon yang menggoda di banyak pusat perbelanjaan, makanan yang enak-enak, kado natal, baju baru, , dan perayaan. Semua ini menambah khazanah suasana Natal semakin terasa.
Semarak dan perayaan Natal terasa ada, tetapi tidak menjadi jaminan bahwa esensi Natal yang sejati telah dipahami dengan benar. Meski telah merayakan Natal bertahun-tahun, namun seringkali kita lupa akan makna Natal sesungguhnya dan damai Natal pun kita tidak nikmati. Kehadiran Kristus yang membawa sukacita seolah-olah tidak memberi dampak apa-apa. Seiiring dengan kemajuan zaman, Natal sekadar perayaan. Tidak sedikit orang beranggapan bahwa, Natal tanpa Kristus bukan masalah. Asal ada kado, baju baru, kue natal, pohon natal, perayaan itu sudah cukup. Akhirnya Natal tanpa Kristus berujung pada kesenangan diri. Dirilah sebagai pusat yang harus disenangkan.
Tentu makna kelahiran Yesus Kristus ke dunia lebih daripada sekadar perayaan dan kesenangan diri. Natal adalah sebuah peristiwa agung karena Allah begitu mengasihi umat manusia, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 3:16. Kristus lahir di tempat yang hina, di dalam palungan, di sebuah kandang di kota yang kecil. Pada hari kelahiran-Nya, hanya ada para gembala yang datang menjumpai-Nya. Padahal Dia adalah Tuhan, namun Ia justru datang dalam keadaan yang sangat sederhana, jauh dari gegap gempita. Tidak ada yang salah dengan sebuah perayaan. Hanya, kita perlu benar-benar memahami apa makna Natal yang sesungguhnya.
Natal tanpa perayaan tetaplah Natal, tapi natal tanpa Kristus bukanlah Natal. Karena itu, biarlah Kristus yang telah lahir itu juga lahir di hati kita, menerangi dan menuntun jalan kita. Damai natal benar-benar kita hayati dan alami. Sehingga, sekalipun dinamika hidup yang akan kita hadapi tidak semakin lebih baik. Namun sukacita natal itu tetap terpancar dari hati kita.
Selamat menyongsong hari Natal dan Tahun Baru. Soli Deo Gloria