Sapaan Gembala

Kelahiran Yang Menarik Hati

Penulis : Pdt Gelen Marpaung | Mon, 19 December 2022 - 18:29 | Dilihat : 3238
Tags : Kelahiran Yang Menarik Hati Pdt Gelen Marpaung Sapaan Gembala

Kelahiran Yang Menarik Hati

“Pa, teman kantor mama baru melahirkan kemarin malam. Yuk kita kunjungi di Rumah Sakit Ibu dan Anak itu. Kita mampir dulu sebentar di baby shop, beli kado untuk ‘debay’ (baca: dedek/adik bayi) saat otewe (baca: on the way/dalam perjalanan) ke sana ya.” Demikian nukilan percakapan yang sering kita dengar atau ucapkan. Ya, peristiwa kelahiran seorang bayi selalu menarik hati. Apalagi semua bayi terlihat menggemaskan. Ingin sekali mengelus dan menimangnya. Lantas, kalau semua kelahiran bayi menggemaskan, apa yang menjadi keunikan kelahiran bayi Yesus Kristus sehingga menarik hati orang-orang yang hidup di zaman yang sama, zaman sebelumnya dan sesudahnya, sehingga belum pernah ada dan tidak akan pernah ada lagi seseorang yang peristiwa kelahirannya dibicarakan, didiskusikan dan diberitakan sedemikian rupa?

Pertama, masa pra-Natal. Kelahiran Yesus Kristus sudah dinubuatkan ratusan, bahkan ribuan tahun sebelumnya. Kejadian 3:15 menyebut bahwa keturunan perempuan (Yesus) akan meremukkan kepala ular (baca: kuasa iblis). Menarik sekali bahwa yang akan mematahkan kuasa setan bukanlah keturunan suami-isteri, tetapi keturunan seorang perempuan. Jadi, ini bukanlah hasil buah cinta suami-isteri secara biologis. Nabi Yesaya yang hidup sekitar 700 SM menegaskan bahwa Sang Mesias yang dinantikan itu akan lahir dari seorang perawan (Yes. 7:14 bdk. Mat. 1:23), Nabi Mikha memberikan detail signifikan bahwa Sang Mesias itu akan dilahirkan di Betlehem (Mik. 5:1 bdk. Mat. 2:6). Nabi Yohanes Pembaptis dengan lantang menyerukan bahwa dia adalah pembuka jalan bagi Yesus yang jauh lebih besar darinya, bahkan membuka tali kasut Yesus pun dia tidak layak (Luk. 3:1-20 bdk. Yes. 40:3-5). Dengan memakai beberapa rincian spesifik saja, nubuatan kelahiran Sang Mesias jelas tergenapi dan hanya mungkin tergenapi oleh Yesus Kristus. No debat!

Kedua, masa Natal. Saat Yesus Kristus lahir, berita Natal pertama diberitahukan kepada dua kelompok yang paling tidak dipandang (dihargai) secara manusia di kala itu. Kelompok pertama adalah mereka yang dipandang rendah secara intelektual, status sosial dan finansial, yaitu para gembala (Luk. 2:8-20). Mereka bukan orang terpelajar, bukan tokoh masyarakat, bukan pemberi kerja. Pekerjaan mereka sangat sederhana. Karena kapabilitasnya dinilai rendah, maka seorang gembala di zaman itu tidak diizinkan memberikan kesaksian di pengadilan. Berbeda di situasi kekinian, di mana seorang asisten rumah tangga (ART) pun bisa dimintai keterangannya oleh pengadilan jika dia mengetahui dan atau menyaksikan suatu peristiwa yang melanggar hukum. Kelompok kedua adalah mereka yang dipandang rendah secara spiritual dan rasial, yaitu para Majus (Mat. 2:1-12). Mereka bukan orang Yahudi yang tahu adanya nubuatan tertulis dalam kitab Perjanjian Lama. Mereka adalah golongan orang kafir yang mendalami astrologi. Mereka juga bukanlah orang Israel yang adalah keturunan Abraham, bukan pribumi Israel. Mereka datang karena mendapat petunjuk bintang dari Timur yang menuntun mereka ke Betlehem. Mereka tahu bahwa ada raja yang baru lahir dan mereka datang untuk memberi persembahan. It’s so amazing, isn’t it? Fakta unik dan menarik lainnya adalah prasarana dan sarana di mana bayi Yesus lahir, sungguh tidak layak dan tidak sesuai standar medis. Palungan (tempat makanan hewan) dan kandang binatang tidak pernah diharapkan siapapun, termasuk orangtua Yesus Kristus, menjadi bagian dari proses kelahiran. Ketiadaan tenaga medis yang membantu proses kelahiran juga membuat proses melahirkan amat riskan. Namun Sang Pencipta rela masuk ke dalam dunia ciptaan. Yang Mahamulia dilahirkan di tempat hina. Pencipta manusia menjadi Anak Manusia. Ini semua adalah paradoks yang sungguh menarik hati, bukan?

Ketiga, masa pasca-Natal. Yesus lahir dalam diri seorang bayi, sebagaimana bayi-bayi lain di dunia yang lemah tak berdaya, nirkuasa. Namun kelahiranNya membuat seorang Raja Herodes merasa terusik dan ketakutan bahwa takhtanya akan diambil oleh ‘Sang Raja’ yang baru lahir. Ia memerintahkan untuk membunuh semua bayi yang berumur dua tahun ke bawah di Betlehem. Atas petunjuk dari malaikat, orangtua Yesus telah lebih dulu mengungsi ke Mesir sebelum terjadi peristiwa yang begitu sadis dan tragis. Begitu memilukan dan memalukan saat mengetahui fakta bahwa seorang raja takut dikudeta oleh calon raja yang baru lahir. Apalagi raja memburu dan membunuh semua bayi di daerahnya, dan menjadikan seorang bayi menjadi buronan dan masuk dalam DPO (Daftar Pencarian Orang) kerajaan (Mat. 2:13-18).

Peristiwa Natal mengajak kepada permenungan mendalam bagi setiap pembaca Sapaan Gembala, sehingga kelahiran Yesus Kristus bukan sekadar menarik hati, tetapi juga memikat dan mengikat pikiran, menggugah nurani, menggugat dosa-dosa kita, menyelamatkan jiwa kita, dan menjadi pusat pemberitaan Injil bersama-sama dengan peristiwa penyaliban, kematian, kebangkitan, kenaikan ke sorga dan kedatangan kembali Yesus Kristus ke dunia untuk kali yang kedua. Selamat Natal bagi kita semua yang merayakannya.

Lihat juga

Komentar


Group

Top