Dunia begitu mempesona diwarnai dengan teknologi yang begitu hebat, canggih dan luar biasa, hadir seperti air mengisi ruang. Hampir setiap daerah bahkan pelosok sekalipun sudah ada internet. Kecanggihan teknologi inilah yang membuat segala hal yang awalnya begitu sulit menjadi lebih sangat mudah berkat kerja keras para pembuatnya. Dengan teknologi maka segala hal sekarang ini dipromosikan dengan cara modern dan hal inilah yang membuat jarak yang begitu jauh menjadi lebih dekat.
Kecanggihan teknologi menjadi pendukung dalam menjalankan usaha atau bisnis demikian halnya para pelayan/ orang beriman mereka manfaatkan teknologi untuk memberitakan Injil. Bagi mereka yang suka memamerkan keberhasilannya dapat menggunakan media sosial yang sudah tersedia.
Contoh sederhana, bagaimana seseorang memperlihatkan keberhasilannya kepada orang lain. Suatu waktu ketika saya mengikuti acara wisuda. Tentu saja, ada sejumlah wisudawan serta wisudawati duduk diruangan tersebut mereka terlihat memakai perlengkapan wisuda. Diruangan tempat mereka yang akan diwisuda hadir juga keluarga masing-masing dari mereka. Sehabis diwisuda kemudian tiba waktunya bagi mereka untuk foto-foto. Setelah berfoto ria kemudian mereka mengupload foto-foto mereka dimedia sosial dengan tujuan supaya kenangan terindah yang tidak akan pernah terulang kembali dapat tersimpan, bukan hanya itu tujuannya mereka ingin memperlihatkan kepada sahabat, teman, keluarga bahkan orang yang tidak pernah mereka kenal bahwa jerih payah mereka selama ini tidak sia-sia akhirnya mereka berhasil mencapai titip akhir tujuan mereka atau meluluskan study mereka.
Bangga atas keberhasilan diri sendiri tidak pernah melangar aturan, namun kadang kebanggaan kita jika kita tidak hati-hati dapat membuat kita tinggi hati alias sombong.
Satu kisah menarik yang terjadi didalam Alkitab. Kisah tersebut tercatat dalam injil Markus 1:40-45. Di kisahkan bahwa ada seseorang yang sakit kusta kemudian meminta Yesus menyembuhkannya, karena belas kasihan akhirnya orang yang sakit kusta tersebut disembuhkan. Namun, dalam cerita tersebut Yesus melarang orang itu supaya tidak menceritakan kisah kesembuhanya kebada orang lain dan hanya pergi kepada imam untuk dinyatakan sebuh menurut aturan pada masa itu. Bagi orang yang disembuhkan tersebut mungkin aneh kalau dia tidak boleh menceritakan kisah kesembuhan kepada orang lain. Akhirnya orang tersebut memviralkan kisah kesembuhannya padahal sudah larang oleh Yesus jangan diceritakan. Bukan hanya kali ini saja Yesus melarang orang yang disembuhkan untuk tidak bercerita. Injil Markus 3:7-12 mencatat menceritakan orang-orang disembuhkan tetapi Yesus melarang keras orang-orang tersebut supaya tidak bercerita (Mar. 3:12). Terjadi pula dalam kisah ketika Yesus menyembuhkan seseorang yang tuli disitu Yesus berpesan juga supaya orang-orang yang menyaksikan kesembuhan tersebut supaya jangan menceritakan kepada orang banyak.
Hal tersebut diatas menimbulkan pertanyaan, mengapa Yesus sering kali melarang supaya orang tidak menyebarkan berita atas kesembuhannya atau atas mujizat yang Ia buat?. Kemungkinan Yesus melarang orang lain bercerita supaya tidak terjadi kerumunan, bisa saja begitu. Mungkin pula supaya pelayanan Yesus dapat melebar tidak diceritakan dahulu agar tidak ada orang yang menghalangi pelayanan tersebut atau juga sang raja sedang mengajarkan kepada murid-murid supaya tidak cepat-cepat bangga ketika berhasil dalam pelayanan. Dari sini kita bisa belajar, ketika kita berhasil dalam hidup ini maka kita harus belajar untuk tetap rendah hati. Keberhasilan dalam pelayanan pun tidak perlu di iklankan atau diviralnya artinya keberhasilan kita cukup Tuhan kita saja yang mengetahui serta memberkati. Zaman ini menjadi tantangan besar bagi orang Kristen untuk mempraktekkan sifat rendah hati atau tidak membanggakan keberhasilannya kepada orang lain. Mengapa? Karena ada ruang yang tersedia kita bisa saja mengabadikan keberhasilan dengan memfoto dan disebarkan melalui media sosial supaya dapat dilihat oleh orang banyak dari situ kita akan menerima pujian. Belajar untuk rendah hati dizaman sekarang ini memang susah, karena tidak banyak teladan yang dapat dicofy, namun para anak-anak Tuhan harus terus belajar rendah hati melayani sesama dengan rendah hati dan menjadi teladan. Terus belajar dari guru Agung kita Tuhan Yesus jangan mau digiring oleh sistem dunia ini yang selalu menyediakan ruang untuk kita terus sombong. Rendah hati adalah kran pembuka untuk menyebarkan kabar baik kepada sesama, sembunyikan diri lewat keberhasilan pelayanan kita biarkan Tuhan dimuliakan.