Sapaan Gembala

Keluhan Tanpa Jawaban

Penulis : Pdt Julius Mokolomban | Sat, 11 February 2023 - 16:31 | Dilihat : 743
Tags : Keluhantanpajawaban Pdtjuliusmokolomban Sapaangembala Tuhan

Ucapan ilahi dalam penglihatan Nabi Habakuk. Berapa lama lagi, TUHAN, aku berseru, tetapi tidak Engkau dengar, aku berteriak kepada-Mu, "Penindasan!" tetapi Engkau tidak menyelamatkan? Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kesusahan, sehingga aku memandang penganiayaan? Penindasan dan penganiayaan ada di depan mataku, perbantahan dan pertikaian terjadi. Oleh sebab itu, hukum kehilangan kekuatannya, dan keadilan tidak pernah muncul. Sebab, orang jahat mengepung orang benar, oleh sebab itulah keadilan muncul terbalik (Habakuk 1:1-4)

Sejak zaman Musa, Hukum Tuhan sudah diberikan supaya umatNya dapat hidup benar, terhadap Tuhan maupun sesama. Hukum yang harusnya menjadi pegangan, justru menjadi tumpul. Hukum yang mengatur tata hidup umatNya kini kehilangan kekuatannya. Umat mengabaikannya, tidak mematuhi dan menjalankannya dengan sepenuh hati. Penolakan umat terhadap hukum Tuhan, menyebabkan hukuman atas mereka. Disinilah nabi Habakuk bergumul dalam doanya, mengeluhkan betapa beratnya penindasan yang terjadi diantara bangsanya sendiri. Kesusahan yang menimpah umat yang dipimpinnya, membuatnya berteriak kepada Tuhan, memohon belaskasihanNya. Sayangnya, Tuhan seakan tidak mendengar jeritan doanya, tetapi justru didepan matanya, Tuhan memperlihatkan kesusahan, perbantahan, penganiayaan dan pertikain diantara mereka.

Siapa manusia yang mampu menyelami hukuman Allah?

Nabi Habakuk yang adalah utusanNyapun mempertanyakan dan berkeluh kesah dihadapan Tuhan. Sulit baginya ketika melihat umatNya berada dalam penderitaan, namun apa daya tak kala Tuhan tidak memedulikannya. Teriakan sang Nabi dalam doa, “mengapa Engkau tidak menolong dan menyelamatkan umat yang tertindas?”.

Keluhan nabi Habakuk kepada Tuhan, memang sangat beralasan. Pertama, Habakuk adalah seorang Nabi, yang menyampaikan apa yang difirmankan oleh Tuhan sekaligus menyampaikan apa yang menjadi permohonan umat kepada Tuhan. Kedua, yang mengalami penindasan adalah Umat pilihan Tuhan. Pertanyaannya: “mungkinkah Tuhan tidak mendengar, tidak peduli dan terus membiarkan umatNya hidup dalam kesulitan dan kesusahan?”. Habakuk berteriak dalam kelunya: “Berapa lama lagi, TUHAN, aku berseru, tetapi tidak Engkau dengar, aku berteriak kepada-Mu, "Penindasan!" tetapi Engkau tidak menyelamatkan?”. (Habakuk 1:2).

Umat Tuhan yang seharusnya setia kepada Tuhan, namun hidup memberontak, dinantiNya, keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinantinya kebenaran tetapi hanya ada keonaran (Yes.5:7) seharusnya hidup jujur dan berkeadilan, justru menjadi penindas bagi sesama, mereka menyerobot rumah demi rumah, ladang demi ladang, sehingga tidak ada lagi tempat bagi orang lain (Yes.5:8). Sungguh ironis, umat yang seharusnya mengasihi Tuhan dan sesama, berubah menjadi pemberontak terhadap Tuhan dan penindas bagi sesama. Keadilan menjadi rontok dan hukum menjadi tidak berguna. Semua itu terjadi karena keserakahan dan kesombongan mereka. Maka tidak mengherankan, Nabi Habakuk, bertanya dan berkeluh kesah terhadap Tuhan, mengapa Tuhan membiarkan dan tidak menolong umatNya.

Meminta, memohon adalah hak seorang Nabi, tetapi jawaban adalah haknya Tuhan. Sekarang, bagaimana dengan kita sebagai umat Tuhan masa kini? Adakah kita sudah menjadi lebih baik dari pada umat di zaman nabi Habakuk?

Gereja (orang percaya) bukan hanya dipanggil untuk menerima dan mengerti kehendak Tuhan, tetapi serius melakoni dikehidupan keseharian. Keadilan dan kejujuran harus dijunjung tinggi dan menjadi gaya hidup orang percaya. Jangan merampas, mengambil apa yang bukan milikmu, karena itu adalah kejahatan. Jangan mencuri kemuliaan Tuhan dengan membanggakan diri sendiri, hidup harus tertuju pada kebenaran bukan pada keserakahan, hidup harusnya rendah hati dan jangan ditukar dengan kesombongan.

Hidup Kekristenan menjadi salah, ketika bersikap kompromi dengan kesalahan. Dihadapan Tuhan kita sama. Sama-sama pendosa, yang ditebus dan diselamatkan oleh Yesus Kristus, melalui pengorbananNya di kayu salib. Kita tidak punya hak untuk berperilaku tidak baik terhadap sesama, apalagi memperlakukan orang yang benar dengan cara yang tidak benar.

Ingat, gereja harus berdiri pada kebenaran!

Lihat juga

Komentar


Group

Top