Empat puluh tahun Tuhan menuntun Israel di padang gurun, waktu yang sangat panjang, seakan menjadi tidak berarti bagi mereka. Perbuatan-perbuatan besar dan ajaib yang dilihat dan dirasakan, tidak serta merta membuat umatNya tumbuh secara rohani (takut akan Tuhan). Yang lebih menyakitkan lagi, mereka lebih memilih menyembah dewa baal nenek moyang mereka. Sungguh ironis!
Umat dibawa dan dituntunNya untuk beribadah kepadaNya, diberi aturan (hukum) yang menjadi cermin atau standar hidup manusia, namun lagi-lagi, semua tetap setia dengan kejahatannya. Maka, Tuhan mengutus Amos yang menjadi nabi bagi mereka, untuk menyampaikan dan menelanjangi kesesatan dan kebohongan mereka. “Beginilah firman TUHAN: "Karena tiga perbuatan jahat Yehuda, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena mereka telah menolak hukum TUHAN, dan tidak berpegang pada ketetapan-ketetapan-Nya, tetapi disesatkan oleh dewa-dewa kebohongannya, yang diikuti oleh nenek moyangnya”(Amos 2:4)
Israel dipilih oleh Tuhan, tetapi menolak hukum Tuhan, mereka tersesat dengan kehidupan yang salah, penyembahan kepada para berhala menjadi kesukaan mereka, tidak peduli dengan ketetapan Tuhan. Amos menyerukan kepada Israel, bahwa akan datang murka Tuhan menimpa mereka, seperti api yang akan memakan habis Yehuda.
Kasih berganti menjadi murkaNya, akibat perbuatan jahat yang dilakoni umatNya. Mereka menindas orang-orang miskin, yang seharusnya mendapat kasih dan kebaikan dari mereka. Mata rohani mereka menjadi buta, tidak mampu melihat yang baik, hukum Tuhan yang mengajarkan kebenaran menjadi tidak berarti sama sekali. Telinga mereka seakan tuli, tidak mau mendengar perintah Tuhan, bahkan hati mereka seakan membatu dan tidak kunjung berubah. Mereka menginjak-injak orang lemah, menjadikan banyak orang menjadi sengsara, bahkan hidup dalam perzinahan, dengan menjamah perempuan muda. Takut akan Tuhan tidak ada lagi dalam hidup mereka, mereka menjadi buta dihadapan Tuhan, mata mereka tertutup rapat pada kebaikan, namun terbuka lebar pada kejahatan. Sungguh menyedihkan! Israel dipanggil untuk tujuan Tuhan, tetapi justru menodainya dengan perbuatan-perbuatan kegelapan.
Bercermin dari kehidupan orang Israel, adakah kita orang percaya saat ini jauh lebih baik? Mari kita mengujinya dengan jujur. Kita dipanggil untuk tujuan Tuhan, menjadi gereja yang mengasihi Tuhan dan sesama. DiberiNya hukum yang mengatur seluruh aspek kehidupan kita, yaitu firmanNya yang adalah kebenaran. Namun tidak dapat dipungkiri, terkadang, kitapun bersikap yang salah dihadapan Tuhan.
Tuhan terkadang tidak mendapat tempat dihati kita, yang ada hanyalah keinginan diri, kepuasan diri masing-masing. Hati, pikiran kita menjadi picik dan licik, memanfaatkan, merendahkan orang lain demi kenyamanan diri. Memikirkan pekerjaan, usaha, bahkan pelayanan, kita dengan begitu serius, menguras waktu dan tenaga, tetapi jangan sampai mengabaikan Tuhan dan ketetapanNya. Hati yang harusnya mengasihi Tuhan dan sesama justru sebaliknya. Hidup beribadah tetapi tidak mengalami perubahan secara rohani. Tahu tentang Tuhan namun hidup tidak benar.
Berhati-hatilah menjalani hidup ini, jangan sampai kita buta rohani namun tidak menyadarinya. Ingat, bukalah mata hati rohani kita dengan baik, Tuhan memanggil kita percaya kepadaNya, supaya mengikuti aturan dan ketetapanNya. IA mau, kita menjadi umatNya, dengan hidup dalam kebenaran dan bukan sebaliknya. Tuhan memberkati.