Kesulitan hidup sering membuat banyak orang berbuat salah. Namun hal ini berbanding terbalik dengan kehidupan umat Tuhan pada zaman nabi Amos. Mereka hidup dalam kenyamanan dan kemakmuran, tidak dalam kesulitan apalagi kelaparan, bahkan dapat dikatakan, secara jasmani orang Israel sedang menikmati kemewahan hidup. Tetapi disisi yang lain, Tuhan marah dan memberitahukan tentang kabar buruk bagi umatNya.
“Beginilah firman TUHAN: "Karena tiga perbuatan jahat Yehuda, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena mereka telah menolak hukum TUHAN, dan tidak berpegang pada ketetapan-ketetapan-Nya, tetapi disesatkan oleh dewa-dewa kebohongannya, yang diikuti oleh nenek moyangnya (Amos 2:4)”. Dibalik kenyamanan hidup umatNya, hukuman Tuhan sudah mendekat bahkan hampir tiba. Umat yang dipimpin oleh Tuhan, dituntunNya untuk beribadah kepadaNya, kini berubah. Hukum Tuhan diberikan, supaya menjadi cermin dosa mereka, tidak lagi berarti, mereka menolaknya.
Berpegang pada ketetapan-ketetapanNya, menjadi landasan kuat untuk berdiri, berjalan ditengah badai kehidupan, namun justru mereka melepaskannya. Aturan kehidupan rohani, yang memagari diri untuk tidak hidup dalam kenyamanan dunia diabaikan. Umat hanya mau dengan kenikmatan yang semu, mereka menutup mata dengan tatanan hidup Ilahi. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi, Tuhanpun diganti dengan para baal nenek moyang mereka. Berjamaah dalam keadilan dan kebenaran menjadi tujuan Tuhan, namun pilihan umatNya berbeda, mereka berjamah dalam kejahatan. Ironis!
Tiga bahkan empat perbuatan jahat umatNya, bukan hanya berbicara penolakan dan pemberontakan terhadap Tuhan, tetapi juga secara berkesinambungan mereka mengambil dan menindas hak orang miskin, keadilan berubah menjadi ketidakadilan, kebenaran menjadi ketidakbenaran. Memperdaya orang yang lemah, bahkan mereka menjamah perempuan-perempuan muda (Amos 2:6-7). Umat yang harusnya membersihkan diri dari kejahatan, tetapi justru menodai kekudusan dan kesucian Tuhan.
Berjamaah dalam kejahatan, sudah terjadi dalam kehidupan umat Tuhan sejak dulu. Apakah masih terjadi di zaman gereja masa kini? Menarik untuk kita renungkan bersama. Gereja dipanggil dan dituntunNya untuk hidup sesuai dengan kehendakNya. Gereja belajar tentang Tuhan, berusaha untuk mengenalNya melalui firman Tuhan, baik melalui ibadah-ibadah, pendalaman Alkitab, kegiatan-kegiatan rohani, baik pribadi, keluarga bahkan dalam kumpulan orang percaya. Semuanya dilakukan untuk tujuan kerohanian. Namun terkadang, nilai-nilai Kristiani/rohani, hanya sebatas pengetahuan saja. Mulut yang harusnya memuliakan Tuhan, dipakai juga untuk menghakimi orang, hati yang harusnya tertuju pada Tuhan, namun menyimpan amarah, ketidaksukaan bahkkan kebencian pada orang lain. Ironis sekali!
Gereja hadir bersaksi tentang Tuhan, menceritakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukanNya melalui Yesus Kristus, tetapi terkadang justru menjual kekurangan dan kelemahan sesamanya. Menjadi hebat dalam pemahaman hukum Tuhan itu baik, tetapi cara bercanda, berbicara dan bersikap, sering kali menelanjangi dan mempermalukan diri tanpa disadari. Ingat, gereja harus berpegang pada aturan Tuhan, maka, luruslah jalannya. Gereja yang benar, tidak membuat aturan sendiri untuk kekuasaan, kepuasan yang semu, tetapi gereja yang sesungguhnya adalah gereja yang berjamaah dalam kebenaran dan bukan berjamaah dalam kejahatan, gereja yang ber’tuhan’kan Tuhan dan bukan sebaliknya. Tuhan memberkati!