Hidup di dunia, pasti dipengaruhi oleh dunia. Watak manusia berdosa, akan selalu semangat ketika bergaya hidup dunia, tetapi menjadi persoalannya, hidup orang percaya pun terjebak di dalamnya. Maka, menjadi penting untuk kita melihat dan menilai kembali diri kita. Apakah benar kita sebagai orang yang percaya kepada Kristus? Apakah benar kita melakoni hidup yang benar? Atau apakah kita hidup di dunia dengan gaya hidup duniawi?
Rasul Paulus, mengingatkan dan menegur kehidupan jemaat yang ada di Korintus, karena ia mendengar berita yang tidak baik: “Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?”(1Korintus 3:3) Pengetahuan sering membawa kepada kesombongan diri, yang akhirnya memunculkan iri hati dan perselisihan. Jemaat Korintus harusnya menjadi dewasa dalam pengenalan akan Tuhan, tetapi justru tetap menjadi seperti anak kecil (bayi) yang tidak mengalami pertumbuhan.
Alkitab menuliskan: “Manusia duniawi, tidak dapat menerima Roh Allah, karena hal itu baginya adalah sebuah kebodohan dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani (1Korintus 2:14)” Kerinduan Paulus, orang-orang percaya di Korintus hidup dipimpin oleh Roh Allah dan tidak bergantung pada hikmat dunia. Jemaat yang rohani adalah jemaat yang dewasa, yang sangat berhati-hati menjalani hidupnya dan bukan sebaliknya. Ciri-ciri manusia duniawi, tidak menyukai kebenaran, maka tidak mengherankan perselisihanpun dapat terjadi.
Iri hati masih ada dalam gereja? Hati-hati, karena perselisihan pasti terjadi. Pengetahuan akan kebenaran, tidak serta merta menjadikan kita dewasa secara rohani. Lamanya kita menjadi orang Kristen, belum tentu kita bisa makan makanan keras (menghadapi tantangan yang berat). Rasul Paulus mengingatkan, gereja dipangiil untuk bertumbuh dan menjadi dewasa dalam iman. Kebergantungan terhadap kekuatan Allah menolong pribadi dan kelompok, mampu hidup dalam kedewasaan rohani.
Dengan demikian, orang percaya memang hidup di dalam dunia, tetapi hidupnya tidak secara duniawi. Hanya orang-orang yang menyalahgunakan hidupnya, yang tetap hidup dalam kebodohannya. Ingat, iri hati dan perselisihan, tidak akan menjauh dari dunia ini, ia akan selalu ada, dekat dan diam di dalam pribadi, kelompok orang, yang tidak mau dipimpin oleh Roh Allah. Tuhan memberkati.