Seorang pilot pernah menuliskan pengalaman pribadinya bersama TUHAN dalam sebuah puisi yang berjudul “The Lord is My Pilot”. Nah...setiap orang percaya, tentunya juga memiliki berbagai pengalaman iman di dalam menapaki perjalanan hidupnya bersama dengan TUHAN. Salah satu pengalaman tersebut, yaitu kehidupan yang acapkali diliputi dengan rasa takut bagi seorang Kristen (misalnya, ketakutan yang dihadapi oleh seseorang adalah takut kekurangan, karena belum terpenuhi kebutuhan hidupnya), yang kemudian pada akhirnya rasa takut itu berubah menjadi suatu kesempatan untuk menaruh kehidupan keberimannya hanya kepada TUHAN. Seandainya kita hanya diberi satu kata untuk menggambarkan semua yang telah TUHAN lakukan dan berikan di dalam hidup kita, kira-kira kata apa yang paling tepat? Figur TUHAN sebagai apa yang bisa menjadi rangkuman dalam perjalanan iman kita? Dalam Mazmur 23, Daud mengungkapkan perjalanan imannya sebagai pengalaman pribadi dalam setiap episode kehidupan untuk tetap berjalan bersama TUHAN,
Kemungkinan besar Mazmur ini ditulis ketika Daud melarikan diri ke padang karena dikejar-kejar oleh Absalom (anaknya Daud). Mazmur 23 ini merupakan bagian yang paling terkenal, sehingga sebagian orang bahkan menyamakan signifikansi Mazmur ini sebagai “pengakuan iman” seorang Daud. Walaupun nuansa Mazmur ini tampak sangat kuno (paling tidak dari kacamata masyarakat industri yang jarang melihat aktivitas penggembalaan domba), tetapi pelajaran rohani di dalamnya tetap relevan dan tidak lekang oleh zaman. Mathew Henry mengatakan di dalam buku Commentary, bahwa banyak dari Mazmur-Mazmur Daud penuh dengan keluhan, namun Mazmur ini penuh dengan penghiburan dan pengungkapan luapan sukacita atas kemurahan TUHAN dan ketergantungan hidup untuk tetap berpaut hanya kepada TUHAN. Sebab itu, pengungkapan dalam Mazmur ini merupakan pengalaman pribadi seorang Daud dengan TUHAN. Dalam konteks bangsa Israel yang kadangkala terjebak pada iman komunal saja, pengakuan pribadi sebagai iman secara personal dari seorang Daud merupakan sesuatu yang menarik. Daud dapat mengalami TUHAN sebagai gembala karena hidupnya dimulai dengan TUHAN. Dalam ayat 1, Daud menyatakan bahwa “TUHAN adalah gembalaku” dan diakhiri dengan suatu komitmen dari Daud untuk tetap berpaut kepada TUHAN. Dalam ayat 6 Daud menyatakan bahwa, “aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa”.
Pengalaman Daud sebagai gembala domba, membawa dia kepada kehidupan spiritual untuk berjumpa dan mengenal TUHAN lebih dalam (intimacy with God), yang pada akhirnya Daud mengungkapkan suatu pengakuan (Credo) bahwa “TUHAN adalah gembalaku”. Daud merefleksikan apa yang ia pahami tentang Tuhan sebagai Gembala dalam Mazmur ini. Bagaimana dengan kita...?! Pertama: Sebagai seorang gembala, TUHAN telah memberikan dan bahkan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan (ay. 1-3). Rumput yang hijau (menyatakan providensia Allah tidak seasional), air yang tenang (lit. waters of rest), menyegarkan jiwaku (lit. “memulihkan jiwaku”), memimpin ke jalan yang benar (walaupun itu harus melalui lembah kekelaman), pengakuannya “Takkan kekurangan aku,...”artinya diyakini bahwa TUHAN yang memberikan kebutuhan yang diperlukan Daud di tengah-tengah kesulitan yang dihadapi. “Membaringkan ke rumput hijau…” kebutuhan jasmaniah diberikan, “Menyegarkan jiwa”, kebutuhan jiwani dan rohani diberikan. Sebab itu, pemenuhan jasmaniah tidak selalu berbanding lurus dengan pemenuhan jiwa. Kedua, Sebagai seorang gembala, TUHAN melindungi kita dalam masa yang sulit dan memberikan sukacita (ay. 4-5). Lembah kekelaman (lit. “bayang-bayang kematian” atau “kegelapan yang paling dalam”) malam hari atau melewati pagi?; kita hanya melewati, bukan tinggal; Allah menjaga kita dengan gada dan tongkat-Nya. Apakah bagian ini masih mengusung metafora gembala? ataukah pemazmur sekarang beralih ke metafora lain (yaitu seorang raja yang menjamu undangan)? Para penafsir, biasanya melihat “minyak” sebagai obat untuk domba yang terluka dan “piala” sebagai tempat minum domba. Pada ayat 5, merupakan matafora raja yang mengadakan perjamuan, maka “minyak” dan “piala” (yang kemungkinan besar berisi anggur) di sini melambangkan sukacita, yang menyukakan dan menyegarkan hati manusia (Mzm. 104:15, band. 2 Sam. 14:2). Intensitas sukacita yang digambarkan dan diperjelas dengan keterangan bahwa piala itu penuh melimpah. Ketiga, Sebagai seorang gembala, TUHAN memberikan kebajikan dan melimpahkan dalam segala kemurahan-Nya (ay. 6). Setiap orang percaya akan dikejar oleh berkat TUHAN seumur hidup kita (ay. 6a), dan akan tinggal dalam hadirat TUHAN seumur hidup kita (ay. 6b). Daud meyakini bahwa TUHAN tidak akan pernah meninggalkan ataupu mencampakkan dia dalam hal kemurahan-Nya. Karena itu, Daud bertekad untuk tidak pernah meninggalkan ataupun mencampakkan TUHAN dalam kewajibannya.
Karakteristik domba itu mudah disesatkan, maka perlu dituntun dan peran gembala sangat penting. Ini adalah pemenuhan kebutuhan rohani. Ada ancaman baik secara fisik maupun psikis. Namun relasi yang tak terpisahkan antara domba dan gembala memberi kekuatan yang sungguh. Memandang kepada otoritas dari Gembala membuat kita menjadi kuat dan sanggup menghadapi segala sesuatunya. Keyakinan yang kokoh untuk mempersembahkan dirinya kepada TUHAN tampak dalam “…dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa”, menjadi suatu komitmen yang sungguh bahwa apapun yang terjadi (yang dialami) serahkan semuanya kepada TUHAN dengan tetap memiliki hubungan yang intim bersama TUHAN. Soli Deo Gloria....?