Mengenal Alkitab

Peka Mendengar SuaraNya

Penulis : Pdt Slamet Wiyono | Thu, 5 February 2015 - 12:44 | Dilihat : 1677

Ibrani 3:7-11

Bukti nyata telah dibentangkan.  Keinsyafan kembali dibukakan.  Akankah orang akan sedia masuk ke dalamnya, atau tetap keras hati dan tegar pendirian yang penuh kekhilafan.  Inilah yang penulis Ibrani lakukan.  Mewanti-wanti. Mengingatkan kembali kepada penerima suratnya agar tak salah melangkah. Belajarlah dari sejarah, itu yang coba dia usulkan kepada jemaatnya.   

Sudah teramat banyak data dan fakta yang diunjukkan sebagai pengajaran.  Mengingatkan tentang iman mereka kepada Kristus tidak sia-sia.  Menerangkan kembali tentang keunggulanNya.  Baik terhadap tokoh yang orang Yahudi puja-puja seperti Musa atau makhluk spiritual seperti para malaikat.  Tapi apapun dan bagaimanapun itu tetap saja keputusan ada di tangan Ibrani.  Namun sebagai hamba Tuhan, penulis Ibrani wajib mengingatkan, agar umat yang dikiriminya surat tidak salah melangkah.  

Sebab ribuan tahun sebelumnya kesalahan-kesalahan itu pun pernah terjadi kepada bapak moyang mereka.  Lalu, masakan mereka akan secara aktif mengulangnya kembali. Bukankah konsekuensinya sudah sangat gamblang ditunjukkan.  Empat puluh tahun lamanya umat Israel mendapat perlakuan khusus dari Allah.  Dipimpin langsung oleh Dia, dan diberkati dengan banyak cara yang ajaib (3:9).  Tapi apa balasannya?  Jangankan pujian dan syukur yang disampaikan. Yang Allah terima justru perlakuan tak senonoh dari ciptaan kepada penciptanya.  Hamba kepada Tuannya.  Umat pilihan yang tak tahu diri itu justru  mencobai & menguji Tuhan (3:9),  seolah-olah Allah tak pernah turun tangan.  Seolah-olah Allah alpa melimpahi berkati.  Allah diposisikan sebagai pencipta yang abai terhadap ciptaanNya.  Sungguh tindakan yang sangat mengecewakan dari bangsa yang harusnya patut dibanggakan.  Maka tak heran jika Allah dalam murkaNya berkata:  “Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku, “ (3:10).  Akibatnya fatal, Allah  bersumpah bahwa: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku." (3:11).  

Untuk itu, besar harapan penulis Ibrani kepada para pembaca perdana suratnya, agar kelak ketika Roh Kudus bersuara kepada mereka (3:7), mengingatkan dan menginsyafkan dosa dan kesalahan mereka, agar bersegera meresponinya. Tidak mengulur-ulur waktu dengan tetap bersungut-sungut, apalagi mengeraskan hati dan enggan meresponi (3:8).  Sebab Tuhan teramat benci kepada orang yang tak menghargai anugerah yang Dia.  Apalagi jika itu adalah keselamatan.  Maka murtad dari iman adalah kebencian sekaligus kematian.

Roh Kudus saat ini pun terus berkarya, berbicara kepada kita mengenai dosa, kebenaran, dan penghakiman.  Tak segera berespons terhadap suara-Nya membuat orang berkurang sensitifitas rohaninya.  Orang  tidak lagi peka terhadap Firman Allah atau keinginan Roh Kudus.  Benar, Roh Kudus akan kembali dan lagi mengingatkan. Tapi himbauan yang disampaikan tidak akan terus-menerus disuarakan jika orang kemudian  mengeraskan hati dalam pemberontakan.  Slawi

Lihat juga

jQuery Slider

Komentar


Group

Top