Tokoh

John G. Paton, Misionaris

Penulis : Pdt Julius Mokolomban | Thu, 5 February 2015 - 12:55 | Dilihat : 2915

Berjuang Melawan Penyembahan Berhala

John G. Paton lahir di Dumfries, Skotlandia tahun 1824. Ketika masih remaja, John Paton meninggalkan sekolah karena kejamnya perlakuan sang kepala sekolah. Tetapi dia berkeinginan keras untuk menjadi seorang misionaris. John telah menabung banyak uang sebelum dia berusia dua belas tahun. Dia menggunakan uang itu untuk membayar sekolah privat selama enam minggu. Dia harus bekerja agar dapat melanjutkan pendidikan ke universitas, sekolah teologia, dan mengikuti pelatihan P3K. Akhirnya, pada usia 34 tahun, dia ditahbiskan di Gereja Presbiterian Skotlandia dan ditugaskan sebagai seorang misionaris ke Kepulauan South Sea.

Pada tanggal 5 November 1858, John dan istrinya, Mary Ann, tiba di Pulau Tanna, di New Hebrides. New Hebrides adalah kumpulan delapan pulau yang dikenal dengan nama Vanuatu, kira-kira lima ratus mil di sebelah timur laut Australia. Para misionaris lainnya telah terlebih dahulu melakukan penginjilan di Pulau Anatom, sebuah pulau yang terletak di selatan New Hebrides. Beberapa dari penduduk yang telah bertobat-menemani keluarga Paton ke Pulau Tanna. Saat pertama kali tiba, keluarga Paton merasa terkejut dengan para kanibal Pulau Tanna yang gemar berperang. Kemudian mereka menyadari bahwa kaum Kristen dari Anatom pun sebelumnya adalah orang-orang yang liar.
Penduduk Pulau Tanna menyembah banyak berhala. Mereka tidak mengenal konsep Tuhan yang mengasihi. Para dukun di setiap desa menebarkan mantra-mantra yang dianggap dapat mengendalikan kehidupan dan kematian. Para dukun itu mengendalikan penduduk desa untuk mengusir para misionaris. Peperangan antar suku semakin meningkat. Bahkan beberapa terjadi di depan rumah Paton. Tidak lama kemudian, istri dan anaknya meninggal karena demam. Paton sangat terguncang karena kematiann istri dan anaknya, sehingga dia merasa tidak dapat melanjutkan pelayanannya lagi. Tetapi Tuhan menguatkan dirinya.

Tidak lama setelah itu, para pedagang kulit putih yang juga membenci para misionaris yang melarang para penduduk membeli minuman keras dan senjata mengirimkan tiga orang pelaut yang sakit cacar untuk tinggal bersama penduduk. Mereka mengetahui bahwa para dukun akan menyalahkan Paton. Penyakit itu membunuh sepertiga dari penduduk Pulau Tanna. Orang-orang yang berhasil bertahan hidup berusaha melakukan balas dendam. Dua orang kepala suku berusaha melindungi Paton, tetapi tindakan mereka malah meningkatkan intensitas peperangan antar suku. Kemudian Paton berusaha menyelamatkan diri. Dia dilindungi oleh seorang kepala suku. Tetapi perlindungan ini membuat dirinya diburu oleh suku yang sama. Dia hampir saja terbunuh jika sebuah kapal tidak lewat dan menyelamatkan dirinya.

Sejak John Paton keluar dari pulau Tanna, ia melayani di gereja-gereja di Australia dan Skotlandia. Salah satu dari misi Paton adalah membangun sebuah kapal untuk melayani para misionaris di Kepulauan South Sea. Mereka membutuhkan dukungan yang dapat diandalkan, penyediaan bahan makanan secara teratur, dan pada suatu waktu tertentu seperti yang pernah dialami Paton.
Pada saat kembali ke Kepulauan South Sea, John rindu ditempatkan kembali di Pulau Tanna. Tetapi Dewan Misi menugaskan Paton ke Pulau Aniwa. Kepercayaan mistis di Aniwa tidak sesuai dengan Injil, tetapi karena pulau itu lebih kecil, peperangan dan kanibalisme jarang terjadi. Semangat dan tekat Paton mempelajari bahasa setempat, membuat perlahan-lahan para penduduk mulai memercayainya. Sehingga Paton pun mampu menyampaikan berita Injil disana dan hampir semua penduduk menjadi orang Kristen.

Selama masa pelayanannya, Paton banyak melakukan perjalanan misi. John Paton meninggal pada tanggal 28 Januari 1907/jm/dbs

Lihat juga

jQuery Slider

Komentar


Group

Top