Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Ini adalah fakta yang tak terbantahkan. Dalam kisah penciptaan, Alkitab telah menyatakan dengan sangat jelas, ketika Tuhan Allah berfirman, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.... menurut gambar Allah, diciptakan-Nya dia laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej. 1:26-27). Ditekankan lebih lanjut, Tuhan Allah berfirman “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kej. 2:18). Meski konteks ini acap kali dipakai untuk memberi penjelasan dalam membangun keluarga atau pernikahan. Tetapi, terdapat makna yang tersirat di dalamnya, bahwa manusia adalah mahkluk yang bersekutu. Persekutuan menjadi salah satu sifat dan hakikat penting dalam kehidupan manusia. Secara umum manusia memerlukan relasi satu dengan yang lain. Entah itu dalam keluarga, dalam pekerjaan dan bahkan dalam berjemaat. Berelasi mutlak diperlukan oleh manusia sebagai makhluk sosial. Dan itu adalah kebutuhan.
Bagi gereja yang adalah tubuh Kristus, persekutuan adalah sangat penting. Itu merupakan salah satu panggilan gereja. Gereja atau orang percaya dipanggil untuk bersekutu dengan Allah dan diwujudnyatakan dalam persekutuan dengan sesama. Karena itu persekutuan bukan sekedar bicara pada tataran teoritis, tetapi ada aktual praktis. Persekutuan orang percaya sejatinya terwujud sebagai hasil karya agung rekonsiliasi Kristus. Karena itu persekutuan sesungguhnya bukan ada karena secara alami, apalagi secara otomatis, tetapi atas dasar prakarsa Allah. Hal ini mengingatkan dan menyadarkan kita, sungguh, betapa pentingnya nilai sebuah persekutuan.
Persekutuan orang percaya adalah persekutuan lintas kepelbagaian, yang tidak terkotakkan oleh ras, kebudayaan, status sosial dan status ekonomi. Tetapi unity dalam kebenaran firman, dalam keberimanan kepada Kristus, dalam kasih Kristus dan dalam persekutuan dengan Roh Kudus. Karena panggilan Allah kepada orang-orang pilihanNya adalah panggilan yang melintasi kepelbagaian, yang berdasarkan kasih karunia dan kedaulatanNya. Kepada orang percaya yang ada di Galatia rasul Paulus menyatakan; “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan,karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Gal. 3:28). Itulah realitanya gereja. Dengan kata lain, gereja didirikan di atas heterogenitas, bukan atas homogenitas. Sehingga tidak heran bila dalam persekutuan kita menemukan konflik, karena ketika kita bersekutu, ada ragam resiko perbedaan di dalamnya. Oleh sebab itu diperlukan kedewasaan rohani dan kerendahan hati dalam hidup persekutuan orang percaya.
Sadar akan individu yang tidak mungkin hidup tanpa persekutuan dan sadar akan hakikat kita sebagai makhluk sosial mengingatkan kita betapa rapuhnya hidup kita. Kita perlu persekutuan. Bukan saja dengan Tuhan, tetapi juga dengan sesama. Dengan persekutuan akan ada kekuatan. Dalam ketaatan yang penuh kepada Bapa, ketika Yesus berdoa di taman Getsemani, Ia membawa serta murid-muridNya, Ia berkata kepada mereka “Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku” (Mat. 26:38). Setelah berdoa Ia kembali berkata kepada mereka “Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? (Mat 26:40). Rasul Paulus pun menyadari akan keterbatasannya, sebagai seorang rasul besar, yang dipakai oleh Tuhan dengan luar biasa meminta suport dari anak rohaninya, baik suport akan kehadiran maupun suport doa dari para jemaat yang dilayaninya. Kepada jemaat Tesalonika, ia berkata; “Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu” (2 Tes. 3:1). Sungguh, betapa pentingnya persekutuan bagi kita sebagai orang yang telah dipanggil dan ditebus oleh Allah. Allah memanggil kita untuk bersekutu dengan Dia dalam Roh dan dalam kebenaran. Allah juga memanggil kita untuk bersekutu dengan sesama orang-orang kudus-Nya. Persekutuan bukan hanya membawa kita dekat dengan sesama, tetapi membawa kita intim dengan Allah, taat dan kuat dalam menjalani setiap pimpinan Allah. Amin