Sapaan Gembala

Tujuh Seri Salib

Penulis : Pdt Bigman Sirait | Mon, 23 February 2015 - 11:10 | Dilihat : 3380

Khotbah seri salib menuju puncaknya Jumat Agung merupakan keunikan mimbar Gereja Reformasi Indonesia. Setiap tahun silih berganti, tema-tema besar tentang salib menjadi pergumulan paham keimanan. Tujuh Misteri Salib kali ini, adalah usaha mengungkap kekayaan dan kebesaran karya Kristus, sebagai karya teragung didunia, disepanjang masa. Keajaiban karya yang seringkali tak sepenuhnya dipahami dalam perspektif salib, bahkan sebaliknya dipelintir oleh “penguasa mimbar” membuat kisah salib bagaikan mantera yang memuaskan segala rasa. Salib kehilangan pergumulan dan kekuatan penderitaan. Yang terdengar hanya kemenangan karena semua keinginan akan terpenuhkan. Kesembuhan ekstra yang membuat umat bebas dari sakit, termasuk sakit ekonomi. Semua serba janji tapi bukan janji Salib, melainkan janji “penguasa mimbar”. Surga memang memberi kemenangan, yaitu kemenangan atas dosa sehingga membuat orang percaya mampu menaklukkan godaan materi, dan kuat menanggung derita. Salib, membuat sakit bukan malapetaka, bahkan kematianpun merupakan kesukaan yang dinantikan. Misteri salib? Ya, itulah keunggulan yang harus dipahami dengan benar oleh gereja.

Dibukit Golgota, diatas kayu salib, ada Raja Dunia disana. Dia pemilik dunia, dikhianati oleh orang yang ditolong Nya. Dalam nafsu dosa yang menggila manusia berdosa menyalibkan Dia. Tragedi iman, yang benar tersalib, yang berdosa tertawa. Misterius! Dengan tenang semua memilih Yesus Barabas sipencipta masalah, dan bukan Yesus Kristus sipenyelesai musibah. Sayangnya gereja selalu terlambat belajar dan tergoda nikmat dunia, sehingga khotbah hanya menjadi pemuas telinga. Tak banyak lagi “penyuka derita salib” yang berbeda dengan derita dunia. Derita salib adalah kehormatan menjadi murid Kristus, sementara derita dunia, dari dan membuat manusia menjadi pendosa. Dalam derita salib Simon Kirene justru menemukan hidupnya, mewariskan bahagia surga bagi keluarganya, dan keteguhan iman bagi gereja Tuhan. Rufus dan Aleksander anaknya menjadi aset gereja yang sangat berharga. Disisi lain, sipenyamun yang tersalib karena dosanya justru menunjukkan kualitas imannya dibanding para “imam suci dari bait suci” yang berlumur dosa. Lagi lagi salib menyibak misteri siapa orang suci yang sesungguhnya. Panggung agama ditelanjangi, kemunafikan disingkapkan. Hati-hati agar tak mengulangnya. Para wanita yang merasa kasihan melihat Yesus memikul salib jutru kecele, karena sejatinya merekalah yang patut dikasihani karena tak memiliki kesempatan memikul salib, seperti Simon Kirene. Ah, misteri salib. Yesus Kristus mati tersalib, bukan ujung jalan, seperti manusia berdosa menuju ruang maut dan “menjadi tiada”. Kematian di Salib, justru membukan jalan kehidupan kekal bagi gereja Tuhan yang sejati. Memang, disepanjang jaman selalu ada gereja yang imitasi. Jangan cepat menghakimi yang bukan diri, karena gereja sejati dikenali dari buah kehidupannya. Bukan kuantitas beragamanya melainkan kualitas kehidupan imannya. Hidup dipenuhi buah Roh, bukan yang bernafsu atas karunia Roh belaka.

Misteri Salib memang menggelitik, karena itu sudah sepatutnya kita menelisik dan menemukan kekayaan warisan ke imanan Kristiani. Melatih diri sebagai gereja dengan pertolongan Nya, agar mampu menjalakan perintah Nya, mewarnai dan memimpin dunia kearah yang dikehendaki Nya. Yesus Kristus telah mewariskan kekayaan pelayanan Nya kepada kita sebagai gereja. Jangan sampai salah memahami, apalagi salah melangkah. Karena itu, menyibak misteri Salib dan menemukan jawaban dari Alkitab harus menjadi kegairahan kita. Jangan pernah merasa lelah belajar kebenaran, tapi lelahlah bermalas diri. Umat seringkali kuat dan tekun bekerja mencari materi, tapi malas belajar dan menggali kebenaran. Selamat menyibak diri dalam sibakan Misteri Salib Illahi.

Lihat juga

Komentar


Group

Top