Dalam 2 Timotius 3:16, rasul Paulus mengatakan; Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bemanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan segera terlihat jelas, betapa Firman itu memiliki otoritas penuh dalam kehidupan orang percaya. Alkitab menjadi alat ukur dan pengarah perilaku hidup orang percaya. Kehidupan orang percaya tak bisa lepas sedikitpun dari Firman Tuhan.
Firman hidup itu menghidupkan, karena Firman membawa kita pada pengenalan akan Yesus Kristus Tuhan penebus dosa. Yang memperdamaikan kita dengan Bapa surgawi Sang suci. Kita percaya kepada Dia oleh pertolongan Roh Kudus. Allah telah melawat umat Nya, menghidupkan Nya, semata-mata untuk kemulian nama Nya. Manusia dikembalikan kepada gambar dan rupa yang semula. Firman mewujudkan semuanya. Karena itu umat harus sepenuhnya memahami hakekat Firman Hidup.
Firman Hidup adalah pribadi Allah yang menyatakan diri (Yohanes 1:1-3,14), ada didalam dunia bersama umat kepunyaan Nya. Dia adalah Yesus Kristus yang mengajar para murid Nya, gereja Nya, dari masa kemasa. Dia tak lagi ada secara fisik, Dia kini disurga, namun penyertaan Nya tetap sama dulu dan selamanya. Dia mengajar, mengingatkan, mengarahkan, dan memimpin kita agar hidup sesuai kehendak Nya. Roh Kudus memampukan orang percaya untuk memahami semuanya. Firman yang hidup itu tetap berbicara dalam Firman yang tertulis (Alkitab). Tapi ingat, Alkitab adalah buku yang dibuat oleh manusia, karena itu tak boleh dikeramatkan. Hakekat Alkitab adalah isinya, yaitu pernyataan dan penyataan Allah. Umat dituntut untuk jeli memahami Alkitab sebagai buku yang dibuat manusia, dengan Alkitab Firman Allah. Isi Alkitab bukan buatan manusia, itu perintah Allah yang tak boleh lalai untuk dikerjakan, dan harus ditaati sepenuhnya.
Alkitab sebagai Firman Hidup bukanlah subjek penggalian kita, melainkan objek yang berbicara kepada kita. Awas, jangan salah posisi. Ini sangat penting, sehingga kita tak terjebak memperalat ayat Alkitab untuk pembenaran diri, melainkan kita harus rela dikoreksi oleh kebenaran Alkitab. Sebagai objek yang berdaulat Alkitab tak boleh ditambah atau dikurangi. Juga tak boleh ditafsir semaunya. Karena itu, dalam membaca dan memahami pesan Alkitab, tiap ayat tak boleh lepas dari perikopnya, dan tiap perikop tak boleh lepas dari pasal, sementara pasal tak boleh lepas dari kitabnya. Dan, setiap kitab tidak bisa lepas dari kitab-kitab lainnya. Karena itu untuk mengerti Alkitab kita tak bisa memilih semaunya ayat yang kita suka, melainkan belajar semuanya agar menjadi terang benderang. Karena itu setiap orang yang ingin mengajar, berkhotbah, bertanggungjawab untuk belajar terus menerus agar memahami pesan Alkitab seutuhnya. Kebanyakan orang merasa tahu isi Alkitab, namun sejatinya dia hanya mengatakan apa yang diyakininya, bukan apa yang diajarkan Alkitab.
Bagaimana mengukur apakah Firman Hidup itu menguasai kehidupan orang percaya? Alkitab berkata, pohon dikenal dari buahnya. Karena itu setiap orang yang dihidupi oleh Firman Tuhan kehidupannya pasti nyata dengan buah Roh. Itu sebab rasul Petrus mengatakan, tambahkanlah kepada imanmu, kebajikan, pengetahuan akan Firman, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, dan akhirnya kasih kepada saudara dan semua orang (2 Pet 1:5-8). Betapa indahnya kehidupan ini jika setiap orang dihidupi oleh Firman Hidup. Sayangnya gereja seringkali terjebak pada ritual yang mati, bukannya spritual yang menghidupkan. Dimana posisi kita? Jawabannya ada pada diri. Selamat mencari.