Mendengar kata amnesia, cenderung kita tidak menyukainya, apalagi mengalaminya. Hal ini selalu dihubungkan dengan kondisi ingatan seseorang. Dalam dunia kesehatan amnesia diterjemahkan tentang kondisi terganggunya daya ingat seseorang. Dengan demikian amnesia merupakan hal yang menakutkan, yang tidak ada satupun manusia menginginkannya. Namun bagaimana ketika hal ini pun masuk dalam kehidupan religius seseorang?
Perjalanan religius seseorang diwarnai dengan sebuah perjuangan panjang. Belajar tentang kebenaran, mungkinkah mampu merubah sebuah perjuangan kerohanian? Yang jelas, TIDAK. Mari kita belajar apa yang disampaikan oleh pemazmur. “Tetapi segera mereka melupakan perbuatan-perbuatan-Nya, dan tidak menantikan nasihat-Nya; mereka dirangsang nafsu di padang gurun, dan mencobai Allah di padang belantara”(Mazmur 106:13-14). Hebatnya pertolongan Tuhan bagi orang Israel selama perjalanan dari Mesir (tempat perbudakan) sampai ke Kanaan (tanah perjanjiaan), tidak serta-merta umat menjadi hormat pada Allah. Mereka percaya kepada Allah dengan melihat perbuatan-perbuatanNYA, namun tidak lama kemudian mereka melupakan bahkan menolakNYA.
Tuhan hadir dikehidupan mereka setiap hari, mujizat selalu dinyatakan, dari yang tiada menjadi ada. Betapa Tuhan sangat mengasihi umatNYA. Namun umat mencobai Allahnya, pantaskah? Tapi itulah yang terjadi. Akibatnya murka Allah mereka harus terima, bumi dan api membinasakannya. Tetapi apakah mereka berubah? TIDAK. Tetapi justru umat semakin gila dalam kejahatan. Mereka membuat patung lembu emas dan menyembahnya. Sikap hormat kepada Allah tidak ada lagi, mereka menjadi amnesia rohani. Sungguh menyedihkan.
Sikap tidak menghormati Allah, melupakan perbuatan-perbuatanNYA yang ajaib, sudah dibuktikan oleh umat Israel dalam Perjanjiaan Lama. Bagaimana dengan sikap umat dalam Perjanjiaan Baru? Tahun demi tahun, zaman terus berubah, tapi ternyata tidak cukup untuk membuat manusia tidak bisa tidak tanpa melawan Tuhan. Panjangnya waktu yang diberikan Tuhan pada umat untuk menyadari karya dan rencana agungNYA yang besar, toh berakhir dengan penolakan. Buktinya, “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya” (Yoh.1:11). Alkitab menjelaskan dengan jujur dan benar, bahwa manusia tidak mau mengingat apalagi mensyukuri perbuatanNYA yang ajaib. Dimana hati nurani manusia? Apa yang ia tahu dalam hidupnya? Mau sampai kapan umat hidup jauh dari Tuhan? Mau lari jauh sampai ujung bumipun, murkaNYA siap menimpa kita, kalau kita bermain-main dengan ketetapanNYA.
Dalam surat Galatia 1:6, Paulus berkata: “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain”. Jemaat Galatia tahu Injil kebenaran, tetapi dengan mudah meninggalkannya. Kita dipanggil untuk tujuan mulia, jangan mengabaikannya. Kasih karunia yang diberikanNYA, jangan disia-siakan. Paulus sangat mengerti akan panggilannya, sehingga ia sangat menyayangkan kalau jemaat berbalik dari Injil itu. Orang Israel tahu, betapa hebatnya Allah yang menuntun, menjaga, memelihara, memberi makan pada mereka, namun mereka tetap melupakannya.
Dalam hal ini sadarlah kita, kejatuhan manusia dalam dosa, sangat amat menghancurkan hidup manusia. Tidak ada kebenaran lagi disana, yang ada adalah pemberontakan, hidup dalam kejahatan. Mengingat dan melakukan ajaran Tuhan adalah yang seharusnya, namun melawan dan melupakan kebenaran menjadi gairah hidup manusia. Kita suka firman Tuhan, tapi bukan untuk dilakukan, melainkan untuk dilupakan. Bercerminlah pada firman, maka sadarlah siapa diri kita. Mau bawa kemana langkah hidup ini? Orang Kristen dipanggil untuk memelihara ketetapanNYA. Penebusan Kristus, menjadi kekuatan kita untuk hidup lebih baik lagi. Jangan senang dengan hidup salah kita, tapi banggalah akan hidup benarmu.
Amnesia rohani sudah menjalar dari zaman PL, PB, bahkan sampai masa kini, dan tanpa disadari hal ini menjadi penyakit kronis yang mematikan. Sikap menolak, melupakan, mengerutu, menyakiti, menajiskan diri dan meninggalkan kebenaran sudah diungkapkan oleh pemazmur maupun Paulus. Jadi, gereja masa kini harus sadar, kembali dan bangkitkanlah semangatmu, untuk menghindari murka Allah, melalui hidup benarmu. Ingat, hiduplah dalam kebenaran dan jangan pernah melupakannya.. Selamat Merenungkan!