Sapaan Gembala

Hidup Dekat Pada Allah

Penulis : Pdt Netsen | Tue, 22 December 2015 - 09:43 | Dilihat : 1936

Siapa yang dapat melupakan gambaran tentang Stefanus, yang sedang berlutut, batu-batu dilemparkan kearah tubuhnya, sementara dia meminta pengampunan bagi mereka yang pada saat itu sedang berusaha membunuhnya? Dalam hal ini kemartiran adalah sesuatu yang selalu diingat dan indah.
Tetapi meskipun telah ratusan dan bahkan ribuan martir demi Kristus di sepanjang sejarah, penumpahan darah kemartiran adalah sesuatu yang langka. Suatu bentuk penderitaan demi Kristus yang sering terjadi dan bisa dikatagorikan sebagai suatu penganiayaan adalah caci maki dan fitnah yang dialami oleh hampir semua orang percaya pada suatu waktu dalam kehidupan mereka di tangan dunia yang tidak percaya. Perkataan Kristus di akhir ucapan bahagia patut untuk diingat: “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat” (Mat. 5:11). Betapa, cela, aniaya dan fitnah merupakan bagian hidup yang mewarnai kehidupan orang percaya. Namun, dipergumulan yang sulit dan beban yang berat tersebut terdapat kebahagiaan yang tidak tidak mungkin dan tidak dapat dilihat oleh para seteru Injil.
Kerinduan untuk menderita bagi Kristus telah memengaruhi banyak orang disepanjang abad. Kehidupan para rasul, orang percaya mula-mula, para tokoh Kristen seperti Polikarpus, Yohanes Hus, serta para reformator lainnya, tak terkecuali, ada orang percaya yang hidup di kekinian pun telah menunjukkan kerelaan mereka untuk menderita bagi Kristus. Di dalam diri mereka tersebut telah ternamam dan telah hidup kebenaran Firman Tuhan. Kebenaran yang telah dikatakan oleh Yesus; “Setipa orang yang mau mengikut Aku, harus menyangkal dirinya, dan memikul salibnya” (Mat. 16:24). Mereka berani kehilangan nyawanya untuk suatu Kebenaran. Mereka mampu menemukan makna dan menghidupi apa yang disampaikan oleh Paulus, bahwa kepada para pengikut Kristus bukan saja di anugerahkan untuk percaya kepada Kristus tetapi juga dianugerahkan untuk menderita untuk Dia (Flp. 1:29). Ini adalah semangat hidup Kristen yang seharusnya, yaitu mencari kebenaran.
Tetapi juga harus diakui, bahwa terkadang orang Kristen dapat menjadi terlalu bersemangat di dalam mencari kebenaran, sehingga tidak jarang orang Kristen kelihatan hampir tanpa kasih dalam semangat mereka, lalu hypokrit. Akibatnya pengakuan iman mereka bukan lagi menjadi kesaksian yang hidup, tetapi menjadi ejekan, menjadi kepercayaan yang recehan dan bahkan menjadi batu sandungan yang olehnya mereka dianiaya. Oleh cara hidup mereka, mereka telah menutup Injil bagi orang lain. Oleh perilaku mereka, nama Kristus telah dicaci maki, dicela dan dihina. Tidak sedikit orang Kristen dalam semangat hidupnya telah memakai nama Kristus bukan untuk memuliakan Dia, menderita karena kebenaranNya, melainkan memakai nama Kristus untuk kepuasan diri, kebanggaan diri dan kepentingan diri.
Abaraham Kuyper menyebut hal semacam ini adalah hal yang merusak nama Allah. Lebih lanjut, Kuyper mengatakan bahwa menjadi seorang Kristen tidak berarti menjadi lunak dan manis seperti seekor anak beruang. Orang Kristen sanggup melakukan kedermawanan yang sangat luar biasa; kita dapat menjadi begitu jujur dan lurus. Tetapi jika kita hanya berbuat apa yang disetujui dunia, maka kualitas yang berbeda dari iman tidak ada di dalam diri kita. Renungkan, para rasul yag tidak pernah melakukan sesuatu yang melanggar etika, namun diburu hingga mati karena iman mereka. Bagaimana kita bertindak sebagai orang Kristen sangat tergantung pada keberadaan kita yang dekat dengan Allah. Ketika kita dekat, caci maki dunia adalah sungguh-sungguh terarah kepada Dia, bukan kepada kita. Bagian kita adalah hidup dekat dengan Allah. Hidup dan melakukan yang benar bagi Tuhan. Tetapi bila olehnya kita dibenci, dicaci maki, jelas dan sederhana, karena Allah di dalam diri kita. Ketika kita mendekat kepada Allah, caci maki dan hujatan secara wajar akan mengikuti, bukan karena siapa kita tetapi karena punya siapa kita.
Kita tidak pernah mencari kemartiran. Tidak seorang pun merindukan mahkota martir atau menghasut dunia untuk menghina kita atau Dia. Tetapi ketika kita dianiaya karena kebenaran, maka Yesus berkata, kita berbahagia, bukan hanya di alam baka, tetapi di dalam taring dunia yang membenci kebenaran Injil Kristus. Roh-Nya ada pada kita begitu limpah dalam penderitaan kita. Hidup dekat pada Allah adalah suatu keadaan yang begitu indah. Amin.

Lihat juga

jQuery Slider

Komentar


Group

Top