Membaca Alkitab membuat kita menemukan tidak sedikit dari orang-orang yang Tuhan kasihi memuliakan nama Tuhan. Sebut saja, ketika membaca nyanyian pujian Maria, “Jiwaku memuliakan Tuhan” (Luk 1:46b). Dalam bagian lain, Mazmur 29:1-6, Daud mengemukakan ajakan agar seluruh umat berada dalam iringan yang sama memuliakan Allah. Dia melihat bahwa memuliakan Allah tidak sekedar dilihat sebagai tindakan individual namun juga diletakkan dalam posisi yang komunal. Allah yang dipermuliakan adalah Allah yang karya baik-Nya bukan saja dialami secara individual tetapi komunal yang tercermin dari sikap-Nya terhadap dunia. Memuliakan Allah tidak lagi sekedar tanggapan atas karya Allah namun didalamnya sekaligus terkandung sebuah pengakuan bahwa Ia adalah Penguasa, Dia adala Raja Kemuliaan (Maz. 24:10).
Dalam konteks inilah maka pemujaan kepada Allah tidak berdiri sendiri namun diselimuti oleh sebuah pengakuan yang mendasar bahwa Dialah Allah dengan segala otoritas yang dimiliki-Nya mengendalikan seluruh ciptaan. Memuliakan Allah bukanlah sekedar ungkapan verbal yang bergema tanpa makna tetapi memiliki kuasa yang bersifat membangun. Dalam gagasannya, mother Teresa "kind words can be short and easy to speak but their echos are truly endless'. Maka memuliakan Allah tampil mempersona dalam balutan karya yang penuh belas kasih sebagaimana Ia sungguh mengasihi manusia. Kemuliaan bagi Allah yang digaungkan oleh para malaikat di padang kepada para gembala terkait erat dengan tindakan impresif para gembala menunjukkan bahwa kata-kata yang bijak dan membangun punya pengaruh yang besar bagi sesama. Di sisi lain suara yang memuliakan Allah tidaklah keluar jika suara Allah tidak masuk menjadi bagian dari setiap orang. Apa yang Daud katakan dalam Mazmur 29, bahwa tidaklah mungkin engkau memuliakan Allah dengan suaramu jika suara-Nya engkau abaikan sumbernya adalah mendengar suara Allah tanpa mendengar suara-Nya mustahil ada suara yang memuliakan-Nya. Dengan kata lain, kemampuan untuk memuliakan Allah bersumber dari kasih karunia Allah yang telah Ia nyatakan.
Allah adalah kudus maka segala sesuatu yang dipersembahkan kepada Allah haruslah Kudus. Sehingga ketika memuliakan Allah, seyogyanya memuliakan Dia dalam kekudusan. Kudus di sini menunjukkan adanya yang khas dan khusus sehingga memuliakan Allah tidak bisa dilakukan dengan memuliakan yang lain pada saat bersamaan. Memuliakan Allah bersifat khusus dan utuh sehingga tidak terbagi atau terbelah dengan hal lain. Kemuliaan bagi Allah tidak dapat digadaikan dengan hal lain sehingga dapat mengurangi kadar dari memuliakan-Nya. Dan dalam konteks inilah orang percaya diundang memuliakan-Nya secara utuh, lengkap, orisinil, tidak palsu apalagi imitasi. Hal ini penting sebab bukankah kemuliaan bagi Allah yang dilakukan oleh orang Kristen atau gereja seringkali tersirat makna-makna yang hampa, yang sebetulnya hanya bersifat destruktif terhadap kekristenan yang sejati.
Memuliakan Allah artinya mengakui bahwa hanya Dia yang absolut benar. Memuliakan Allah sekaligus disertai dengan sikap hati sujud, tertunduk dan merendahkan diri dihadapan-Nya. memuliakan Allah berarti berserah penuh pada kedaulatanNya yang memerintah atas hidup ini. Memuliakan Allah dilakukan dengan sikap rendah hati bukan dengan arogansi. Hati yang rindu untuk memuliakan Tuhan dengan melakukan pekerjaanNya seharusnya dimiliki oleh setiap kita umat tebusan Allah. Pasalnya, panggilan itu bukan hanya ditujukan kepada para nabi, atau para rasul, tetapi kepada setiap orang percaya. Sebagai manusia, tidak salah kalau kita mempunyai impian-impian yang hendak kita capai. Tetapi, alangkah indahnya kalau di setiap impian kita, atau bahkan keberhasilan kita, terselip sebuah misi untuk membawa Kabar Sukacita kepada setiap orang. Itulah bagian dari ibadah yang sejati, yang memuliakan Tuhan dengan tubuh yang dipersembahkan untuk pekerjaan Tuhan. Orang Kristen sejati akan memuliakan Tuhan dengan cara memberi diri untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Mari, memuliakan Dia, sebab didalamnya kita akan memperoleh kekuatan baru untuk terus berkarya di semua lini kehidupan ini. Amin