Sapaan Gembala

Korban Kepada Allah

Penulis : Pdt Netsen | Mon, 7 March 2016 - 13:45 | Dilihat : 2078

“Memberikan korban persembahan bagi Allah”. Kalimat ini sering kita dengar dan karena seringnya mungkin tidak lagi menjadi persoalan buat kita. Namun, cermatilah! Apakah Allah membutuhkan pengorbanan dari seorang anak manusia? Bukankah Dia Yang Mahakuasa dan Pemilik segalanya? Lantas, buat apa korban itu diberikan?
Kalau kita menelisik koraban persembahan, akarnya jauh ada dalam Perjanjian Lama. Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah membuat pakaian dari kulit binatang bagi mereka lalu mengenakannya kepada mereka (Kej. 3:21). Ada pengorbanan yang Allah kerjakan bagi manusia. Selanjutnya, Kitab Kejadian mencatat bagaimana Kain dan Habel mempersembahkan korban kepada Allah (Kej. 4:1-16). Abraham, bapa orang percaya rela mempersembahkan Ishak, anak yang lama dinanti-nantikannya, ketika Allah meminta Ishak dari tangannya. Sejarah keluarnya Israel dari perbudakan di tanah Mesir dengan peringatan Paskah tidak luput juga dengan korban persembahan. Kitab Imamat merinci dan mengatur bagaimana korban-korban persembahan dilakukan serta orang-orang yang diberi otorisasi menyelenggarakannya.
Korban persembahan merupakan salah satu hal penting dalam pelaksanaan ibadah Israel, sebab tanpa itu tidak akan terjadi hubungan yang baik antara Allah dan manusia. Dosa manusia telah merusak hubungan baik itu. Maka Hari Penebusan atau Hari Pendamaian itu memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan umat. Mengingat pada hari itu terjadi penebusan dosa bagi umat yang dikasihiNya. Imam mewakili umat menghadap Allah mempersembahkan korban mereka kepada Allah seraya menaikan doa permohonan pengampunan dosa kepada Allah. Namun korban umat berdosa itu tidak akan pernah dapat menyenangkan hati Allah, karena korban yang mereka persembahkan hanya sekedar memenuhi ritual keagamaan, sementara hidup mereka jauh dari kesetiaan kepada Allah. Umat gagal dalam melakukan kehendak Tuhan.
Yesus Kristus datang ke dunia. Dia adalah Imam Agung dan Korban yang sempurna. Kitab Ibrani menyatakan bahwa Yesuslah Sang Imam Besar Sejati. Mengapa? Karena Yesus tidak berdosa! Imam Besar menurut imamat Lewi adalah orang berdosa yang mempersembahkan korban-korban hewan bagi manusia berdosa. Sedangkan Yesus adalah Anak Allah, tanpa dosa dan kemudian mempersembahkan diri-Nya sendiri untuk dosa orang yang diperkenan-Nya. Ia telah mempersembahkan korban yang sempurna, yakni diri-Nya sendiri. Selanjutnya, para rasul, para martir lainnya dan tidak sedikit para misionaris telah mempersembahkan hidup mereka kepada Allah. Mereka rela meninggalkan kenyamanan hidup bahkan nyawanya sendiri agar orang lain mengenal kasih Allah di dalam Yesus Kristus. Tidak semua orang dapat dan rela memersembahkan hidupnya bagi pekerjaan Tuhan. Hanya merekalah yang telah ditebus oleh Allah, yang telah merasakan, dan mengalami kasih Allah di dalam Kristus itulah yang kemudian menggerakkannya untuk menjadikan hidupnya berkenan kepada Allah dengan jalan melayani-Nya melalui sesama. Apakah kita telah mengecap kebaikan Allah, kasih Allah di dalam Kristus?
Ketika kita menyadari karya Allah yang agung, seharusnya membuat kita tidak berhitung dalam melayani-Nya. Harta benda, pikiran, waktu dan tenaga adalah kemurahan Tuhan yang dipercayakanNya untuk dipersembahkan kembali kepada-Nya. Lebih dari itu, totalitas hidup kita adalah kepunyaan Allah, yang sudah seharusnya kita perembahkan kepada Allah (Roma 12:1). Dan sudah seharusnya kita bersyukur ketikan Tuhan dalam kerelaan kehendakNya ingin memakai kita dengan seluruh aspek hidup yang ada pada kita untuk menjadi alat di dalam tangan-Nya. Amin.

Lihat juga

jQuery Slider

Komentar


Group

Top