Berasal dari bahasa latin yang berarti jalan penderitaan atau jalan kesengsaraan. Via Dolorosa menunjuk kepada perjalanan Yesus Kristus yang dipaksa memikul salib dari Pengadilan Pilatus yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata (Yohanes 19:13). Yesus memikul salib tanda keterkutukan menuju bukit Golgota yang dikenal sebagai tempat tengkorak (Yohanes 19:17). Perjalanan panjang yang sangat menyiksa mengingat kondisi fisik Yesus Kristus yang dianiaya tanpa salah.
Pengadilan Pilatus berakhir dengan kesimpulan tidak ditemukan sedikitpun kesalahan Yesus Kristus. Bahkan istri Platus mendesaknya karena bermimpi tentang Yesus Kristus adalah Orang Benar (Matius 27:19). Namun Israel bangsa pilihan, bermufakat jahat antara imam yang seharusnya suci dengan umat yang seharusnya dibimbing kejalan yang benar, untuk berbuat dosa. Imam dan umat yang ‘suci’ sepakat melawan keputusan tak bersalah Pilatus yang kafir. Aneh tapi nyata, itulah perilaku umat beragama bersama para Imamnya yang bersepakat menyalibkan Yesus Kristus. Pilatus mencuci tangan atas keputusan penyaliban, dia tak berani menegakkan kebenaran. Sementara Imam dan umat lebih parah, sepakat membunuh Yesus Kristus. Sejak dulu hingga kini memang tak sedikit Imam yang berkolusi untuk melawan kebenaran dan melayani dalam kemunafikan. Inilah kesedihan awal yang mendalam, Via Dolorasa yang bermula dari Imam dan umat yang salah jalan dan sangat menikmati dosa.
Yesus Kristus yang sudah dipukuli Kamis malam dipengadilan Kayafas Imam besar yang ternyata tak kalah garang dengan penjahat kejam. Jumat pagi Dia digiring ke pengadilan Pilatus. Setelah keputusan sadis salibkan Yesus Kristus yang benar, dan kompensasinya mencengangkan yaitu pembebasan Barabas yang jahat. Ah, pemimpin agama kehilangan akal sehat, mereka kerasukan kuasa dan harta. Maklum, Yesus Kristus pernah mengkrtik mereka menjadikan Bait Allah sebagai sarang penyamun, yaitu pusat perdagangan dengan setumpuk keuntungan materi dan intimidasi kepada umat. Sejak dulu kala imam memang piawai memperkaya diri dengan sejuta dalih orang yang diberkati, tapi tak pernah terbukti membagikan berkatnya untuk sesama. Paling tidak materi yang menumpuk jadi bukti tak ada yang dibagi.
Yesus Kristus yang adalah Allah (Filipi 2:6-7), diakui sebagai Raja Orang Yahudi oleh Pilatus yang kafir, tapi ditolak imam yang ‘suci’ (Yohanes 19:19-22). Yesus Kristus dikenakan Jubah ungu lambang kemuliaan yang kemudian diundi oleh prajurit. Dia disesah hingga semua tubuh bagian belakang terluka, tapi tak cukup, mahkota duri dilesakkan kekepala, dan sebatang buluh diberikan pada Nya. Dia Raja dalam ironi, berjubah ungu, bermahkota duri, dengan tongkat dari buluh, karena perilaku pemimpin agama yang memimpin umat untuk hidup jahat. Sementara para imam mengenakan jubah mahal, mahkota indah, tongkat penuh kuasa, dan kebanyakan tinggal dikota elit Yerusalem atau Yerikho.
Berjalan dalam kesakitan akibat tubuh yang terluka, Dia dipaksa memikul salib yang cukup berat, namun kesengsaraan terdalam adalah kesendirian Nya. Murid-murid Nya tercerai berai, orang yang pernah merasakah pertolongan Nya hanya bisa menatap tanpa daya. Simon dari Kirene menjadi orang paling beruntung dalam perjalanan bukit Golgota karena dipaksa memikul salib mulia. Paksaan yang memberikan dia kehormatan hidup sebagai orang beriman.
Via Dolorosa memang jalan sengasara. Beberapakali Dia terhenti bahkan terjatuh, namun bangun kembali dan berjalan tanpa keluh kesah. Sengsara yang ditanggung NYA adalah dosa kita, kematian NYA di atas kayu salib adalah hidup kita. Betapa jahatnya kita jika tak lagi mencitai jalan salib, dan selalu memilih jalan sendiri dalam mengikut Dia.
Selamat berjalan di Via Dolorosa, setia sampai selamanya.