(Ibrani 13:20-21)
Pdt. Netsen
Pada bagian sebelumnya telah dipaparkan nasihat penulis kitab Ibrani kepada para penerima dan pembacanya, yaitu orang percaya mula-mula supaya mereka berdoa untuk pemimpin. Mengingat tugas dan tanggung jawab berat yang diemban oleh pemimpin serta banyaknya tantangan yang mereka hadapi. Entah itu tantangan dari eksternal maupun internal. Sementara pemimpin mesti mampu hidup dalam kualitas iman kepada Allah yang diaktualisasikan dalam seantero kehidupan nyata sehari-hari. Pemimpin yang dimaksud oleh penulis Ibrani tentu menunjuk pada pemimpin yang adalah manusia (ay. 18a). Manusia, bukan super hero, juga bukan Allah yang punya kuasa, kekuatan dan otoritas benuh. Tetapi, mereka, yaitu pemimipin, manusia yang adalah ciptaan yang punya keterbatasan karena itu penulis Ibrani sadar betul, pemimpin pun memerlukan support, dan yang mereka yang dipimpin pun sudah semestinya memberikan dukungan doa. Akan hal dukungan doa bagi pemimpin dan pemberita Injil, Rasul Paulus dalam surat kepada jemaat di Tesalonika, ia berkata; “selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami…”(2 Tes. 3:1).
Dalam konteks Ibrani ini, secara praktis tampaknya penulis sedang terpisah dari penerima dan pembaca surat kirimannya. Harapan penulis dari doa yang disampaikan kepada Allah untuk mereka adalah berharap penulis lekas kembali dan bersekutu dengan penerima dan pembaca surat pada saat itu. Sungguh, ini memang tidak mudah karena terpisah dari kebersamaan yang tampaknya pernah ada, namun ini juga gambaran relasi yang indah, persekutuan, dan kepedulian antara pemimpin dan yang dipimpin.
Selanjutnya, bukan sekedar hal praktis yang diharapkan dari penulis Ibrani ini, dimana ia berharap boleh kembali pada persekutuan dengan orang percaya mula-mula pada waktu itu. Tapi juga ada hal yang sangat menarik yang seharusnya menjadi perhatian dan pokok penting dalam hidup keberimanan kepada Allah. Karena ada hal teologis yang ingin ditekankan oleh penulis Ibrani. Yaitu Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita. Ini adalah point penting dalam ajaran dan iman Kristen. Damai sejahtera Allah dalam dan oleh karya Yesus Kristus membawa manusia berdosa yang diperkenan-Nya untuk kembali ke dalam persekutuan yang indah dengan Allah. Ini adalah suatu jaminan yang pastian bagi orang percaya.
Penulis Ibrani sangat menyadari bahwa darah perjanjian yang kekal dari Allah memiliki signifikasi penting bagi kehidupan orang percaya. Karena itu penulis berdoa bagi para penerima dan pembaca suratnya. Doa dan harapannya adalah supaya orang percaya diperlengkapi oleh Allah dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan apa yang berkenan kepada-Nya. inilah permohonan penulis Ibrani kepada Allah dalam Kristus Yesus. Dengan tujuan, supaya melalui kehidupan mereka, nama Allah dipermuliakan. Selama orang percaya hidup di dalam dunia, dan dalam kondisi serta situasi apapun yang mereka alami, mereka seyogyanya hidup dalam kebenaran Allah dan memuliakan nama-Nya melalui seantero kehidupan mereka. Doa dan harapan penulis Ibrani ini, seharusnya menjadi doa setiap orang percaya yang menyadari akan karya Allah dalam Kristus Yesus yang telah menebus hidupnya. Ironisnya, tidak sedikit orang Kristen gagal dalam memahami apa yang seharusnya menjadi pokok doa. Sejujurnya,bukankah kita juga terjebak dalam hal yang sama, kita sering berdoa untuk apa yang menjadi keseangan sesaat bagi hidup, yang sebetulnya belum tentu itu menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan. Sudah semestinya kita berdoa kepada Tuhan, kiranya melalui hidup Kita, nama Tuhan yang dipermuliakan, kiranya melalui hidup kita orang lain diberkati oleh Tuhan.