KATA pelayan dan pelayanan sangat akrab dengan telinga kita sebagai umat Kristen. Bahkan kita terlibat didalamnya dengan berbagai pemahaman tentangnya. Kata pelayan dalam tradisi istana menunjuk para abdi istana yang melayani semua kebutuhan raja. Mereka menjalankan tugas pelayan tanpa syarat. Dalam terminologi modern pelayan memiliki prasyarat dan kebebasan. Hal ini membuat kita rancu memahami arti pelayan sekalipun itu dilingkup gereja. Apakah ketika menjadi pelayan kita kehilangan hak, atau sebaliknya justru mendapatkan hak. Menarik untuk dipikirkan pelayanan para pelayan Kristen di gereja atau lembaga kristen lainnya.
Pelayanan memiliki dua aspek penting yaitu vertikal dan horizontal. Secara vertikal semua orang percaya adalah pelayan Tuhan, dalam konteks fungsi hidupnya. Artinya semua orang percaya harus melayani sesuai ketetapan Tuhan. Sebagai pelayan kita disebut hamba yang dikuasai sepenuhnya oleh Tuhan. Sehingga setiap melakukan pekerjaan Tuhan dalam kerangka melayani Dia kita tak berhak menghitung apapun, kecuali berkata; Aku ini hanya seorang hamba yang tak berguna dan hanya melakukan apa yang kami harus lakukan (lukas 17:10). Pemahaman ini berdasarkan relasi kita dengan Tuhan sebagai umat yang binasa yang telah ditebus, diselamatkan Nya, dan bahwa sepenuhnya hidup kita berada dibawah kedaulatannya. Sehingga dalam melayani Tuhan kita tidak patut memperhitungkan apa yang sudah kita kerjakan. Dan, jika ingin berhitung maka yang sepatutnya kita hitung adalah apa yang belum kita kerjakan dalam melayani Tuhan. Sikap melayani seperti ini perlu kita tumbuh kembangkan sehingga tak tergoda untuk menepuk dada dalam berkarya melayani Dia. Melayani Dia dengan tidak berhitung dalam aspek apapun dan menjalankan penuh sukacita dan tak bisa dihentikan oleh apapun. Inilah semangat sejati seorang pelayan sehingga dia tak akan pernah melalaikan tugas pelayanan yang Tuhan percayakan. Masalahnya dalam pelayan kita tak sendiri, tapi bersama. Bagaimana menyikapinya?
Realita melayani dalam sebuah tim keija adalah fakta yang tak terhindarkan, karena itu pelayanan menuntut kebersamaan dan kesehatian para pelayan sebagai satu kesatuan. Relasi para pelayan bersifat horizontal. Namun disisi lain keanekaan sikap para pelayan bisa jadi bukan hanya berbeda tapi juga bertolak belakang. Suka atau tidak kedewasaan para pelayan sangat diperlukan. Perbedaan harus disikapi sebagai sebuah kekayaan, namun tidak boleh bergerak liar tanpa batasan. Nah, apa yang menjadi batasan adalah kebenaran. Disini dituntut kedewasaan iman. Benar dalam ukuran Alkitab, lepas dari kita suka atau tidak harus diterima sepenuhnya. Memperdebatkan cara menurut diri akan menjebak kita dalah pertikaian, dan saat bersamaan kehilangan hakekat kebenaran. Para pelayan harus berusaha kuat menjunjung tinggi kebenaran Alkitab lebih dari apapun. Bahwa Kristus membenci dosa, apalagi yang dilakukan di Bait Allah, sehingga Dia menjungkirbalikkan meja penukaran uang dan menghardik banyak orang yang mencari keuntungan, jangan sampai tak ditangkap karena terjebak pada isu cara Yesus bertindak. Tindakan Yesus menunjukkan tingkat keberdosaan yang ada, ini harus kita pahami. Teijebak tata krama yang seremonial pasti membuat kita tak akan mampu menangkap pesan yang Yesus sampaikan soal prinsip kebenaran, melainkan kita ribut caranya yang justru menyampaikan pesan betapa seriusnya kesalahan yang terjadi. Karena itu pelayan yang menjalankan tugas pelayanan tak boleh berhenti karena hal sekunder yang mungkin tak mengenakan rasa, melainkan terikat pada tujuan utama yang mulia yaitu melayani Dia. Jangan sampai kita kehilangan orientasi pelayanan, sekalipun sah saja berpisah tim namun tetap melayani Tuhan. Ini penting untuk merusak pesta setan! Mari kita selenggarakan pesta para pelayan yang berbahagia karena boleh melayani Tuhan dalam berbagai aspek pelayanan yang bisa dikeijakan sehingga injil dikumandangkan diberbagai tempat. Kebenaran ditegakkan dan anak Tuhan dapat menjadi model yang patut diteladani oleh tiap orang disekitarnya dan generasi yang berikutnya.
Hormatilah para pelayan yang menjalankan tugas pelayanan, yang bisa menunjukkan kualitas pelayanannya (Ibrani 13:17)