Putaran pertama Pilkada Gubenur DKI dimenangkan oleh Joko Widodo, dengan perolehan suara di bawah 50%. Maka, sesuai dengan peraturan, harus diadakan putaran kedua. Agar menjadi pemenang, tentulah tim sukses Joko Widodo akan bekerja lebih giat lagi. Untuk meraih sesuatu yang diidam-idamkan seseorang akan bekerja mencurahkan semua tenaga, pikiran dan kekuatannya. Tim sukses Joko Widodo tidak akan duduk menyilangkan kaki, setelah mendapat status pemenang pada putaran pertama itu. Bila dunia mengajarkan tetap bekerja keras dengan status baru, tentunya orang percaya mempunyai etos kerja yang lebih baik, bukan ? Bagaimanakah sikap kita yang telah mendapat satus orang yang diselamatkan ? Akankah kita hanya duduk, merenungkan dan mensyukuri kasih Tuhan itu ?
Paulus menasehati jemaat Filipi untuk mengerjakan keselamatan yang telah diterima. Bukan berbuat baik agar memperoleh keselamatan, melainkan mengerjakan
(’work out’, bhs. Inggris ), apa yang sudah kita terima. Keselamatan yang diperoleh harus diekspresikan dalam perbuatan baik. Paulus sendiri dalam hidupnya mencurahkan segalanya untuk jemaat yang dilayaninya, bahkan rela menderita. Semua itu dilakukannya dengan sukacita, maka jemaat Filipi pun dipanggil untuk dengan sukacita mengerjakan keselamatan mereka. Keselamatan sifatnya bersama, maka jemaat Filipi diperintahkan untuk melaksanakan bersama-sama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat mengerjakan keselamatan itu. Pertama, sikap ’takut dan gentar’ dituntut dalam mengerjakan keselamatan itu, bukan asal asalan. Tidak ada hal yang lebih mudah selain berkata-kata. Kita bisa dengan mudahnya mengucapkan berbagai kata dan kalimat. Namun, tak ada hal yang lebih sulit selain mempraktikkan apa yang kita katakan. Mengucapkan dan menjalankan komitmen merupakan dua hal yang berbeda. Setelah mengucapkan komitmennya, Paulus tidak takut diuji komitmennya itu. Kedua, kita sering berpikir bahwa agar mudah menjalankan komitmen, memerlukan bakat atau kemampuan yang besar. Hal ini tidak benar. Jika kita mau berkomitmen untuk menggunakan talenta yang kita miliki, maka kita dapat mengerjakan keselamatan itu dengan benar. Ketiga, hambatan atau halangan dikaitkan dengan kesungguhan berkomitmen. Jika kondisi menyenangkan, maka dapat berkomitmen dengan baik, atau sebaliknya. Hal ini juga tidak pada tempatnya. Justru dalam kondisi menurun, seseorang harus mampu bertahan sampai akhir. Di sinilah komitmen memainkan perannya. Komitmen adalah pilihan bukan dipengaruhi oleh kondisi. Pilihan yang tepat, dapat membawa kondisi yang baik dan mengendalikannya.
Kita patut bersyukur akan janji firman Tuhan : "Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu, baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya " (Filipi 2: 13). Roh Allah yang tinggal di dalam hati, akan bekerja menciptakan hasrat baru, yaitu hasrat menaati Allah. Tidak hanya sampai di hasrat, tetapi Ia akan bekerja sampai hasrat itu terwujud dalam tindakan kita sehari-hari. Bagaimanakah kita mengungkapkan syukur kepada Tuhan Yesus yang telah membayar harga keselamatan itu? - Pdt. Yusuf Dharmawan