Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. (Yohanes 3:30).
Menjadi terkenal adalah impian banyak orang. Sering segala macam cara ditempuh seseorang untuk terkenal, karena ia akan disanjung, dipuja dsb. Lain halnya dengan Joko Widodo. Akhir akhir ini surat kabar, majalah maupun televisi di Indonesia terpusat membahas Joko Widodo, seorang pria yang sangat fenomenal. Bagaimana tidak fenomenal
(arti : luar biasa; hebat – KBBI), siapa yang tidak kenal dia ? Termasuk satu dari lima orang Walikota di negara Asia yang dinominasikan sebagai Walikota terbaik sedunia. Pada putaran pertama pemilihan Gubernur DKI yang lalu, dia mengungguli rival rivalnya. Padahal gubernur DKI sekarang ini yang diprediksi akan menang, menurut sebuah lembaga survey. Pernyataan yang beda dengan lainnya merupakan kekhasannya. Dia mengatakan bahwa tugasnya sebagai Walikota adalah menyejahterakan rakyat, bukan untuk memperkaya diri. Itulah sebabnya dia melakukan tugasnya dengan sungguh sungguh. Bagaimana dengan kita yang juga diberi tugas menjadi saksi Tuhan ? Apakah menjadi terkenal merupakan motivasi kita melayani Tuhan ?
Tuhan menciptakan setiap kita sangat unik dengan potensi dan talenta yang khas. Bagian kita adalah memaksimalkan dan memultiplikasikan apa yang Tuhan berikan untuk menjadi berkat bagi banyak orang lain. Yohanes Pembaptis menjadi contoh nyata bagaimana seharusnya seorang pelayan Tuhan hidup: pertama, tidak memanfaatkan kesempatan untuk menjadi tenar. Kedua, rendah hati dan tanpa keinginan bersaing dengan Tuhan Yesus, Raja Agung yang dilayaninya. Ia tidak memanfaatkan kesempatan untuk meninggikan dirinya, meskipun peluang itu ada. Ketika orang menyamakan dia dengan Mesias yang dinanti nanti, pasti membanggakan. Namun, dengan jujur ia mengatakan bahwa dirinya tidak layak dibandingkan dengan Sang Mesias. Bahkan ia mengatakan, bahwa Tuhan Yesus yang harus ditinggikan, dan dirinya harus semakin kecil di hadapan Nya. Sangat fenomenal. Tidak heran jika Tuhan Yesus sangat menghargai Yohanes dengan mengatakan, bahwa tidak akan pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis ( Matius 11:11).
Sebagai saksi yang benar, Yohanes Pembaptis tahu tujuannya. Bukan membuat nama besar untuk dirinya sendiri, atau menjadi terkenal dan dihormati di seluruh negeri. Tidak. Tujuannya terdengar aneh bagi kita, karena bertentangan dengan semua yang kita pikirkan. Dunia mengajarkan tujuan kita harus dapat diukur dan dapat dicapai dan realistis. Untuk itu kita harus bekerja setiap hari untuk mencapai tujuan tersebut. Tidak ada yang salah dengan pandangan seperti itu, namun pandangan yang sama diterapkan di gereja saat ini. Kerja keras untuk menjadi diri terkenal. Alkitab mengajarkan ’Amanat Agung’. Tetapi apakah akhir dari ’Amanat Agung’ itu ? Apakah untuk mendapatkan nama besar ? Itu bukan tujuan Yohanes. Tujuan Yohanes adalah untuk memindahkan mata masyarakat dari dirinya dan menempatkan tepat pada Yesus Kristus.
Di ladang pelayanan kita adalah teman sekerja Tuhan yang setara, dengan fungsi yang berbeda-beda. Tidak ada alasan bagi seseorang untuk merasa paling hebat, atau sebaliknya merasa rendah diri. Masing masing pribadi bersinergi, saling mendukung untuk menghasilkan ‘buah yang baik’, dalam pelayanan maupun kehidupan sehari-hari. Kerendahan hati adalah salah satu syarat untuk menjadi pelayan yang baik. Tujuan hidup kita adalah mengerjakan rencana Allah dan menunjukkan kepada dunia betapa kecilnya kita dan betapa besarnya Dia.
Apa tujuan hidup Anda ? Apakah Anda mengijinkan Tuhan mengosongkan keegoisan dan kebanggaan Anda ? Jika jawabannya tidak, maka hari ini adalah hari untuk Anda mengijinkan Tuhan Yesus meningkatkan kualitas hidup Anda. Hari ini adalah hari bagi Anda menjadi saksi yang benar bagi Kristus. Penurunan keegoisan Anda, akan meninggikan nama Tuhan Yesus. Dan Dia akan menggunakan Anda secara fenomenal yang tidak pernah Anda bayangkan. - Pdt. Yusuf Dharmawan