John Geddie lahir pada 10 April 1815 di Banff Skotlandia. Pada masa kecilnya, ia dididik dalam asuhan orangtua yang saleh. Beliau adalah seorang anak yang aktif dan senang mengajar. Pria yang gemar membaca artikel tentang kemenangan Injil di tempat-tempat jauh dan kebutuhan Injil di banyak tempat lain. Layaknya John Bunyan, Geddie juga memiliki kesadaran yang tinggi akan dosa-dosanya sendiri dan yakin bahwa dirinya tidak mungkin diselamatkan tanpa kasih Kristus akhirnya membawa Geddie tatkala ia berumur 19 tahun menyerahkan hidupnya kepada Tuhan atau bertobat, dan dibaptis di salah satu gereja Presbiterian.
Bersama isteri dan ketiga anaknya, Geddie berlayar menuju pelayanannya ke Vanuatu. Tepatnya pada November 1846, lalu setahun kemudian mereka tiba di Pango Samoa. Geddie dan keluarganya menetap di pulau Aneityum dan segera mempelajari bahasa daerah tersebut. Dalam mempelajari bahasa daerah tersebut Geddie sempat mengalami kesulitan karena bahasa tersebut tidak pernah atau belum pernah dibuat dalam bentuk tertulis. Ditambah lagi penduduk Aneityum saat itu masih sangat barbar. Mereka sangat menyukai memakan dagin manusia, terutama musuh yang berhasil mereka kalahkan. Tidak jarang ketua suku membunuh anggota sukunya sendiri untuk dimakan, ketika mereka mengadakan acara festival kanibal, dan bahkan seorang ayah dapat membunuh dan memakan daging anaknya sendiri. Selain itu, penduduk dimana Geddie dan keluarganya tinggal memiliki kebudayaan yang unik, dimana ketika seorang pria atau suaminya menginggal maka seorang perempuan atau isterinya harus dicekik hingga meninggal untuk menemani suaminya kea lam baka.
Dalam menjangkau dan memenangkan jiwa-jiwa di pulau Aneityum tersebut, Geddie memulai pelayanannya dengan membuka sekolah dan mengajari bahasa tulis. Dengan semangat yang gigih, tanpa henti dan pantang menyerah Geddie melakukan kegiatannya tersebut. Meski berkali-kali ia diserang, ditolak dan dianiaya hingga nyaris hampir mati, Geddie tetap menceritakan kasih Kristus kepada penduduk setempat. Tuhan memberkati segenap upaya yang dilakukan oleh Geddie. Pelayanan Geddie pun membuahkan hasil. Geddie selalu mendorong dan mengingatkan petobat-petobat baru untuk menjadi guru dan pergi memberitakan Injil ke pulau-pulau lain. Hal hasil, kebiasaan membunuh dan kanibalismepun perlahan-lahan ditinggalkan. Melalui pelayanan yang dilakukan oleh Geddie, Tuhan mengubah seluruh kehidupan di pulau Aneityum dan sekitanya. Hingga akhirnya penduduk-penduduk dari pulau lain dengan rela dan sukacita datang ke pulau di mana Geddie tinggal. Meski mereka harus mendayung perahu mengingat jarak tempuh hanya bisa menggunakan jalur air. Mereka datang kepada Geddie untuk membeli guru-guru yang telah dididik oleh Geddie untuk melayani dan mengajar di daerah mereka masing-masing.
Setelah melayani selama 24 tahun, tepatnya pada tanggal 14 Desember 1872 Geddie akhirnya meninggal. Untuk mengingat kepada kiprah Geddie, maka sebuah prasasti didirikan dibelakang mimbar sebuah gereja di Anelcauhat, tempat dimana Geddie biasa berkhotbah. Pada prasasti tersebut tertulis, “Dalam kenangan John Geddie…Ketika ia mendarat di tahun di tahun 1848, tidak ada seorang Kristenpun di sini, dan ketika ia pergi pada tahun 1872, tidak ada seorang kafir pun yang tertinggal.” Ketika melayani Tuhan dengan ketulusan maka tantangan bukan hambatan untuk berjuang dalam memberitakan Injil. (netsen/dbs)