Gereja mau dibawah kemana? Pertanyaan sederhana namun membutuhkan pemikiran jernih untuk menjawab dengan benar. Alkitab menjelaskan “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu”(Kejadian 12:1). Mengapa Allah menyuruh Abram berpindah dari tanah leluhurnya Ur-Kasdim? Abram mau dibawah kemana oleh Allah? Menurut tradisi tanah Ur-Kasdim adalah tempat yang menjadi pusat penyembahan berhala (dewa bulan).
Hal ini dipertegas lagi oleh Alkitab “Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain”(Yosua 24:2). Dengan penjelasan ayat di atas, maka sangat jelas sekali, kisah awal mula kehidupan Abram sebelum dipilih oleh Allah. Abram dipisahkan dari hidup yang lama, kepada hidup yang benar.
Inilah yang menjadi pergumulan gereja saat ini. Gereja mau dibawah kemana? Semangat gereja jangan hanya berputar pada menyuarakan kebenaran. Disana sini orang mendengar tentang kebenaran, bahkan memperdebatkan kebenaran sesuai dengan pemahaman masing-masing. Gereja dipanggil bukan hanya mampu berbicara yang benar, tetapi gereja harus berpindah dari kehidupan yang lama kepada kehidupan yang semestinya. Berpindah dengan berjuang melakukan kebenaran dalam diri. Kebenaran harus disampaikan, tetapi perubahan diri harus diwujudkan.
Menyadari akan pentingnya perubahan diri, maka kita tidak akan berhenti memperbaiki diri, dengan hidup takut akan Tuhan. Surat Paulus kepada jemaat di Efesus “sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Ef.4:13). Perubahan jangan hanya dilihat dari, belum percaya menjadi percaya, malas ibadah sekarang rajin, dari gereja A pindah ke gereja B, tetapi harus dilihat dari perubahan diri. Dulu berbuat dosa, sekarang tidak, dulu suka menghakimi sekarang mengampuni, dulu sombong sekarang rendah hati, dulu hanya berani menyatakan kebenaran, sekarang berani menyatakan dan melakukan kebenaran.
Bukankah ini semangat gereja kita? Bertumbuh dalam iman dan doa serta saat teduh pribadi, harusnya menjadi warna yang tampak dalam diri kita (komitmen spiritual). Jangan mengabaikannya. Saling memperhatikan dan mengingatkan dalam kebersamaan sebagai tubuh Kristus (komitmen Komunal). Jangan hanya menjadi slogan tak berarti. Ingatlah, menyadari diri sebagai gereja, maka, perubahan diri tampak nyata, menyadari diri sebagai gereja, memuliakan Tuhan menjadi tujuan hidup kita.