Alkitab Tak Mengandung Kesalahan
MEMBELA suatu ajaran yang dianut dan dipercayai sebagai sesuatu yang benar, meskipun sangat subyektif, sangat diper-lukan. Sebab suatu kepercaya-an itu hendaknya bukanlah kepercayaan buta, gelap dan tak berpenjelasan – akan tetapi kepercayaan yang mengandung unsur pertanggungan jawab, sehingga perlu penjelasan, pengertian dan pembelaan dari setiap rongrongan, entah itu dari dalam atau dari luar. Dan satu orang yang sudah memenuhi kewajibannya untuk meberi penjelasan dan mempertang-gungjawabkan setiap apa yang telah dipercayainya adalah Benjamin Warfield.
Nama Benjamin Brekenridge Warfield, mungkin kalah populer jika dibanding Yohanes Calvin atau Martin Luther. Namun demikian, pria kelahiran tahun 1851, di sekitar Lexington, Kentucky ini, memiliki kesetiaan yang penuh terhadap Alkitab, yang tak kalah dengan Jhon Calvin atau Martin Luther. Bagi Warfield kewibawaan Alkitab itu harus dijunjung tinggi. Sebab Alkitab adalah sumber hikmat dan sumber segala tuntunan yang baik bagi umat.
Sebagai seorang yang bergulat di dalam doktrin teologi Kristen, Warfield mengawali kariernya dengan terlebih dahulu belajar di Princeton dan Leipzig, yang kemudian dilanjutkan dengan mengajar di Seminari Teologi Pittsburg, dari 1878 sampai 1887. Sampai pada akhirnya dia memeroleh gelar kebesaran dalam bidang didaktik dan teologi polemis di Seminari Princeton.
Sebagai teolog yang baik sekaligus penganut setia “mazhab Princeton” – salah satu mazhab yang memegang teguh aliran Calvinisme “mazhab lama” – membela Alkitab telah menjadi ciri khasnya sejak lama. Warfield adalah salah satu dari sekian orang di jamannya yang terkenal dengan pembelaanya terhadap Alkitab dan penjelasannya yang akurat tentang doktrin Alkitab. Dia tidak meragukan sedikit pun bahwa Alkitab adalah sabda Allah yang diilhamkan dan tak mengandung kesalahan. Dalam hal ini ia menegaskan bahwa penulisan Alkitab merupakan proses yang di dalamnya ada intervensi Allah.
Karena itu, meskipun Alkitab ditulis oleh manusia dengan segala keterbatasan dan keunikannya, tapi di sana ada pim-pinan dan peme-liharaan Allah. Sehingga terjaga betul kewibawaan Alkitab. Baginya kalau Alkitab itu adalah sabda Allah, maka ia juga sekaligus meru-pakan “kata ma-nusia”. Meskipun Allah dengan se-gala kemahaan-Nya telah meng-ilhamkan segala tulisan yang ter-dapat dalam fir-man Allah, namun Allah juga me-makai manusia sebagai fasilita-tornya. Allah me-makai penulis-penulis Alkitab untuk menja-barkan firman-Nya dalalam bahasa yang juga bisa dimengerti manusia.
Meskipun para penulis Alkitab dapat menuliskan Firman Allah itu secara bebas, sesuai dengan gaya bahasa dan sastra serta keunikan dari setiap penulis – tapi sebelumnya mereka sudah dipersiapkan oleh Allah. Dan Allah sendiri telah menyatakan diri kepada mereka seperlunya me-nurut tugasnya. Karena itu, penulis-penulis akan menuliskan-nya tepat seperti apa yang dikehendaki Allah. Dengan demikian, maka pesan Alkitab adalah pesan-Nya. Karena itu, apa yang diajarkan oleh Alkitab adalah mutlak benar.
? Slamet W/dbs