Tokoh

Adolf Von Harnack

Penulis : Pdt Slamet Wiyono | Tue, 31 October 2017 - 16:24 | Dilihat : 3394

Injil yang dirusak filsafat

Bagi mereka yang belajar teologi, khususnya tentang pokok masalah “teologi liberalisme”, tentunya tak akan pernah melupakan satu nama yang sangat concern dalam teologi yang satu ini. Siapakah dia? ialah Adolf von Harnack. Seorang teolog kawakan yang terkenal dengan pemikirannya yang kontroversial itu. Bagi pria kelahiran Dorpat di Livonia (saat itu provinsi Rusia, kini berada di wilayah Estonia) ini, pokok persoalan tentang kemanusiaan Yesus merupakan pokok persoalan yang sangat “nikmat” untuk di telusuri. Keseriusannya untuk menyelidiki tentang siapakah Yesus dia awali dengan mengikuti jalur studi di Universitas Tartu di kotanya (18691872) dan di Universitas Leipzig – sampai akhirnya gelar profesor pun dapat diraihnya.

Harnack adalah seorang teolog yang lebih mengkhususkan diri menjadi ke dalam persoalan sejarah. Karena itu tak heran jikalau putra dari Theodosius von Harnack ini akhirnya dapat menghasilkan karya yang sangat kental dengan nuansa sejarah yang berjudul “Sejarah Dogma” – terdiri dari tiga jilid (1886-1889). Dalam karyanya ini, Harnack berpendapat bahwa Injil telah dirusak oleh pengaruh filsafat Yunani, karena itu, dia mencoba menelusuri proses “peng-Yunani-an) atau helenisasi ini. sebab nyata terlihat didalamnya bahwa antara iman Kristen dan filsafat Yunani begitu saling terkait erat sehingga banyak hal yang tidak penting bagi Kekristenan masuk ke dalam sistem yang dihasilkan. Tak hanya sampai disitu, Harnack kemudian juga mencoba mengumpulkan kermbali pandangan pandangannya dalam sekumpulan ceramah yang diberikan pada musim dingin tahun 1899/1990. Kumpulan tersebut akhirnya diterbitkannya dengan judul “Apakah agama kristen itu?”

Dalam berteologi, Harnack menyelidiki ajaran Yesus dengan membahasnya dalam tiga judul, yaitu: 1) kerajaan Allah; 2) Allah Bapa dan nilai tak terhingga dari jiwa manusia; 3) kebenaran yang lebih tinggi dan hukum kasih. Meski seolah terpisah, dalam penyelidikannya selanjutnya, ketiga judul tersebut berpadu – karena pada akhirnya kerajaan itu tak lain dari pada harta milik suatu jiwa, dalam Allah yang maha murah dan kekal. Harnack kemudian juga memperhatikan betul bagaimana perkembangan ilmu teologi. Menurutnya cerita perkembangan injil dan kekristenan sangatlah menyedihkan. Namun demikian, sekali pun Injil telah dicemarkan oleh filsafat Yunani; dan kebebasanya pun telah dilumpuhkan oleh legalisme gereja; juga pembakuan suatu pesan yang hidup menjadi dogma yang tidak dapat berubah merupakan hal-hal yang bisa dia lihat dari sejarah perkembangan kekristenan.

Sepanjang kiprah hidupnya Harnack terkenal sebagai seorang sarjana kritis yang paling produktif – merangsang pemikiran baik orang-orang sejamannya maupun orang-orang setelahnya. Dalam setiap Seminar-nya ia berusaha betul mendidik satu generasi guru, yang membawa gagasan-gagasan dan metode-metodenya ke seluruh Jerman dan malah ke luar negeri. Ciri-cirinya yang khas dari teolog yang satu ini adahal klaimnya tentang kebebasan mutlak dalam studi sejarah Gereja. Ia juga tidak percaya terhadap teologi spekulatif, baik yang ortodoks maupun liberal; dan minatnya lebih mengarah kepada Kekristenan praktis sebagai kehidupan keagamaan, dari pada suatu sistem teologi. Walaupun demikian, tidak satu pun yang dapat menghancurkan Injil. Sepanjang sejarah, Injil tetap hidup, biar pun dalam lingkungan yang paling tak memberi harapan sekalipun.

Meskipun banyak orang tidak setuju dengan pemikiran Harnack – tidak hanya pada masa kini, bahkan pada masa dimana Harnack hidup pun, ia sudah pernah ditolak dan dipinggirkan karena pemikirannya itu. Meskipun demikian, usahanya patutlah tetap dihargai, tidak hanya sebatas sebuah ijtihad teologi, tapi juga suatu pandangan yang mempengaruhi perkembangan dan dinamika teologi. Belum lagi memperhatikan bagaimana keseriusannya terhadap dunia teologi.

Lihat juga

jQuery Slider

Komentar


Group

Top