“Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya beroleh kesempatan untuk mengunjungi kamu. Sebab aku ingin melihat kamu untuk memberikan karunia rohani kepadamu guna menguatkan kamu, yaitu, supaya aku ada di antara kamu dan turut terhibur oleh iman kita bersama, baik oleh imanmu maupun oleh imanku”(Roma 1:10-13)
Berdoa adalah hal yang biasa dilakukan oleh banyak orang dalam kehidupan ini. namun sangat disayangkan ketika doa hanya menjadi kalimat-kalimat indah yang keluar dari mulut tanpa memaknainya dengan kesungguhan hati. Bagi Paulus, memberitakan, menuntun, membimbing orang lain dalam kebenaran itu sangat penting, dan yang tidak kalah penting adalah berdoa untuk setiap apa yang dikerjakan, berdoa untuk orang-orang yang menjadi tujuan pelayanannya, dan lebih dari pada itu Tuhan menjadi saksi dalam doanya(Rom.1:9).
Kerinduan Paulus untuk bertemu dengan jemaat di Roma bukan tanpa alasan, bukan hanya sekedar mau bertemu dan berbicara, tetapi untuk memberikan karunia rohani. Jemaat di Roma sudah menerima karunia (anugerah keselamatan) dengan menjadi percaya kepada Yesus Kristus. Namun disisi lain mereka belum menerima karunia rohani, yaitu karunia-karunia yang Roh Kudus berikan kepada orang-orang tertentu. Paulus sudah menerimanya dari Kristus Yesus, maka apa yang ia dapatkan disampaikannya kepada jemaat di Roma, dengan harapan, supaya mereka semakin mengerti, kuat dan bertanggungjawab dalam setiap kebenaran yang dipahami. Dalam suratnya Rasul Petrus berkata, “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah (1 Pet.4:10).
Pemberian karunia rohani memiliki tujuan penting dalam hidup orang percaya. Menerima karunia rohani, membuat hidup seseorang menjadi berubah. Paulus membagikannya guna untuk saling menguatkan. Dengan kata lain, kita dipanggil untuk saling menguatkan iman, saling menasehati, saling menegur, saling mengingatkan satu dengan yang lain. Keselamatan sudah diberikan Allah kepada kita, maka di dalamnya kita harus saling menjaga, menopang, bergandengan tangan untuk tetap teguh berdiri dalam kebenaran, bukan menjadi sebaliknya.
Hidup orang Kristen memang berbeda, karena kita hidup bukan untuk diri sendiri. Dalam pergumulan Musa untuk Israel, dikatakan “Tetapi sekarang kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu, dan jika tidak, hapuskanlah namaku dari dalam kitab yang telah Kau-tulis”(Kel.32:32). Demikian juga dengan Ayub, dikatakan bahwa Ayub senantiasa berdoa, mempersembahkan korban kepada Allah untuk anak-anaknya(Ayub 1:5). Hidup untuk orang lain, tidaklah mudah, tetapi kita harus berjuang untuk melakukannya. Firman Tuhan mengajarkan apa yang baik untuk kita kerjakan, Yesus Kristus sendiri sudah melakukannya untuk kita. Jadi sudah sepantasnya kita mengikuti jejak kebenarannya dengan tidak banyak berdalih. Paulus sudah membuktikan, seluruh hidupnya diberinya untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Bagaimana dengan kita?