Kisah peristiwa tentang kelahiran Yesus Kristus, Sang Juruselamat ke dalam dunia, yang terjadi satu kali untuk selamanya dalam sepanjang sejarah selalu memberikan nilai berarti. Bukan saja nilai untuk diselidiki dan dipelajari tetapi juga nilai untuk di lakoni dalam hidup sehari-hari. Manusia dalam segala hidupnya selalu dan bahkan pasti akan berpusat pada diri. Tetapi Kelahiran Yesus Kristus ke dalam dunia berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh manusia. Natal adalah tindakan surga (Allah) yang bergerak keluar dari diri-Nya. Dia yang di surga turun ke dalam dunia, yang Mulia rela menjadi hina, yang tidak terbatas rela mengosongkan diri dan menjadi terbatas, yang suci rela menanggung dosa dsb. Ini adalah tindakan misi surgawi, misi Allah untuk manusia berdosa.
Dalam pergerakan operasi-Nya, Allah bergerak keluar. Dia tidak berhenti pada diriNya sendiri sekalipun Dia tidak membutuhkan apapun untuk menjadi diri-Nya. Allah adalah Maha, Dia berkuasa, mencipta, memanggil, menegur, mengasihi, menghakimi, menyelamatkan dll.
Tindakan Allah yang bergerak keluar dari diri ini membuat banyak atribut Allah yang lain jadi bisa dimengerti lebih dalam. Karena bergerak keluar dari diri inilah Allah yang adalah kasih mengasihi, Allah yang adalah adil menghakimi, Allah yang adalah kudus menguduskan, Allah yang maha kuasa memberdayakan, Allah yang mahatau mewahyukan diri, Allah yang tak terbatas menjadikan diri terbatas, Allah yang tak terjangkau menyatakan diri dst.
Allah yang bergerak keluar dari diri bukan bergerak secara acak, tetapi dengan tujuan. Allah adalah Allah yang bermisi. Missio Dei. Misi Allah menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang bermisi, yang bergerak keluar. Untuk mencapai tujuan yang sudah dirancang-Nya dalam kekekalan itulah Dia turut bekerja dalam segala hal (Rm. 8:28). Bapa mengutus Yesus Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa. Misi penyelamatan ini adalah misi Yesus Kristus (the mission of Christ). Makanan Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, (Yoh. 4:34). Sama seperti Kristus bermisi untuk mengerjakan pekerjaan Bapa-Nya, demikianlah tiap orang percaya hidup dan bermisi untuk mengerjakan pekerjaan Kristus, bukan mengerjakan kehendaknya sendiri.
Di sini kita melihat bahwa setiap anak-anak Tuhan dipanggil dan diutus bukan untuk yang lain selain menjalankan misi-Nya, memiliki hati yang taat untuk menjadi alat bagi-Nya. Adalah sebuah keniscayaan bagi manusia untuk mengerjakan kehendak Allah, bila ia tidak hidup dalam penyerahan diri yang totalitas pada Allah. Manusia tidak akan mungkin mengerjakan kehendak Allah dan menjalankan agenda-Nya bila manusia tidak dikarunia-Nya. Maria dikaruniai oleh Tuhan untuk mengandung bayi Yesus, Sang suci. Itu bukan kemauan diri Maria. Dia sangat sadar sehingga berkata, “bagaimana hal itu mungkin terjadi, aku belum bersuami?”. Ini sangat mungkin, engkau jangan takut, karena Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau. (Luk. 1:34-35).
Para nabi, para rasul, dan seluruh orang percaya hanya bisa mengerjakan agenda Kristus jika mereka disapa oleh Allah, diberi-Nya kasih karunia, sehingga dalam ketidak mungkinan dan ketidakmampuan manusia mereka mampu dan kuat untuk mengerjakan agenda Allah dalam diri mereka, karena Allah yang menyertai mereka, Allah yang Imanuel. Di luar Kristus, para murid tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh. 15:16). Sehingga tidak ada tempat bagi orang percaya untuk berbangga diri, menepuk dadanya, angkuh dan merasa berjasa atas segala sesuatu yang Tuhan percayakan kepada mereka untuk lakukan.
Itu sebabnya orang percaya atau gereja yang tidak mengerjakan agenda Kristus dalam melayani dan menjalani kehidupan dalam dunia ini berarti tidak memahami jantung hati kelahiran Yesus Kristus ke dalam dunia ini. C.S. Lewis, mengerjakan agenda lain selain agenda Kristus, walau berbalut dalih dan berpoles bahasa rohani selangit sekalipun, adalah penyangkalan terhadap Kristus, bukan penyangkalan diri. Tanpa kasih sejati kepada Allah, tidak ada kematian terhadap diri. Tanpa kematian terhadap diri tidak aka nada kebangkitan hidup yang baru. Jadilah missioner-misioner bagi Kristus untuk mengerjakan pekerjaan Kristus yang telah lahir bagi kita untuk menyelamatkan kita dari dosa.