Sabar merupakan kata yang sering kita ucapkan kepada sesama ketika mereka sedang dirundung berbagai pergumulan hidup. Sabar memang kata yang mudah untuk diucapkan, tetapi tidak mudah melakoninya. Namun itu bukan menjadi alasan bagi kita untuk tidak menjadi orang yang sabar. Sabar adalah salah satu sifat yang terdapat pada pribadi Allah, Alkitab dalam beberapa bagian menyebutkan bahwa Allah adalah Allah yang panjang sabar (Kel. 34:6; Bil. 14:18; Neh. 9:17). Sabar adalah salah satu sifat dan karakteristik Allah (Kel. 34:6; Bil. 14:18; Neh. 9:17) karena itu sebagai orang percaya kita dituntut untuk sabar dalam berbagai aspek, misalnya menahan diri atas emosi, sabar dalam membimbing, mengajar, menasihati dan menuntun orang lain kepada suatu kebenaran (2 Tim. 4:2,5).
Di zaman yang serba canggih seperti sekarang ini kesabaran adalah suatu sifat yang paling sulit ditemukan dan menjadi sesuatu hal yang sangat langka, apalagi jika seseorang sedang mengalami penderitaan atau kesesakan. Tidak sedikit dari kita yang berkata, "sampai kapan saya harus bersabar? Sabar kan ada batasnya."
Banyak orang maunya melakukan segala sesuatu serba cepat, tanpa pikir pajang dan terburu-buru. Karena itu kepada jemaat di Roma Paulus menasihati, "...sabarlah dalam kesesakan,..." Sabar dalam kesesakan artinya ketika sedang dalam masalah, kesulitan, tantangan atau beban hidup, kita tidak lagi bersungut-sungut atau mengeluh. Namun selalu memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan. Kita mau menunggu waktu Tuhan untuk dinyatakan bagi kita, bukan mengambil jalan pintas dan menuruti kemauan kita sendiri. Sebaliknya kita akan rela dan tekun menantikan waktu Tuhan tanpa harus mempersoalkan apakah masa penantian itu cepat atau lambat. Daud berkata, "...semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;" (Mzm 25:3a).
Orang yang sabar menantikan waktu Tuhan dihatinya selalu ada ucapan syukur; ia mengucap syukur bukan untuk penderitaan atau kesesakan yang menimpanya, tetapi untuk penyertaan dan kasih setia Tuhan yang senantiasa dinyatakan dalam hidupnya. Ketika Tuhan menyertai hidup kita di sepanjang hari, segala perkara dapat kita atasi dan lalui, karena "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan..." (Rm 8:28). Karena itu berpegang tegulah pada firman-Nya dan tetaplah bersukacita dalam segala hal. Dia yang setia dan panjang sabar menjaga dan memelihara setiap langkah kita.