Apa yang menjadi perioritas dalam hidup kita?
Pertanyaan di atas sederhana, tapi memerlukan pemahaman yang lebih spesifik agar punya perioritas hidup yang sesungguhnya. Bagi banyak orang ada banyak arti hidup, namun dalam sapaan gembala ini, sekedar mengingatkan bahwa hidup ini adalah anugerah maka tugas kita mensyukuri.
Bagaimana cara mengatasi persoalan hidup yang terus menerus menyita banyak waktu kita untuk melakukan “ini dan itu” kesibukan tidak pernah usai selagi kita masih hidup tapi sering kali sadar atau tidak, kita sering menomor dua kan Tuhan di dalam hidup ini, jika orang bertanya kepada kita, perioritas hidup saudara apa...? Jawabannya singkat pasti Tuhan! rohani banget, bukan? Yang menjadi persoalannya bagaimana dengan prakteknya sehari-hari..., jujur! Perioritas kita adalah kesibukan kita mulai dari bangun tidur hingga ketemu tidur lagi.
Terlalu sering terjadi di dalam hidup ini membohongi diri sendiri, ya.., bisa disebut “munafik” karena tidak sama apa yang diucapkan kadang tidak sesuai dengan tindakan. Kalau hubungan kita dengan Tuhan menjadi nomor satu dan itu menjadi perioritas, puji Tuhan..., pasti kita tidak terlewatkan untuk bersaat teduh, tentu keputusan apapun tetap berdasarkan pada kehendak dan rencana Tuhan.
Dalam surat Yakobus mengingatkan kita, “kamu harus berkata: “jika Tuhan menghendakinya kami akan hidup dan berbuat ini dan itu (Yak. 4: 15)”. ayat ini salah satu pesan kepada kedua belas suku diperantauan bahwa kegiatan apapun harus didasarkan pada kehendak Tuhan dan bukan pada kehendak dan keinginan manusia.
Mari kita menyimak apa kata Tuhan Yesus ketika ditanya mengenai hukum-hukum Allah yang harus mendapatkan perioritas dalam kehidupan umat manusia, Ia menjawab, Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Mat. 22:37-39).
Dari ayat di atas Tuhan Yesus langsung memberi jawaban yang tidak boleh dirubah oleh siapapun bahwa yang menjadi perioritas adalah mengasihi Tuhan Allah sekaligus Dia menguraikan struktur bagaimana mengasihi, ada tiga yaitu dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi.
Persamaannya yang di ucapkan oleh Tuhan Yesus adalah mengasihi manusia, ada kata “yang sama dengan itu” artinya ketika kita mengasihi sesama kita, berarti kita pasti mengasihi Tuhan Allah, tetapi bagaimana kita mengasihi Tuhan Allah sementara kita membenci sesama kita atau dengan kata lain bagaimana kita mengasihi yang tidak kelihatan (Tuhan Allah) sementara yang kelihatan pun kita tidak sanggup mengasihinya.
Sehingga dengan demikian perioritas hidup kita tergantung bagaimana kita memahami Allah kita, jika kita memahami bahwa Dialah yang terpenting maka pastilah perioritas hidup kita adalah Dia, dan sebaliknya jika kita memahami Allah kita kurang penting maka kelihatan dalam tindakan kita hari lepas hari. Hidup ini harus berani menentukan perioritas tanpa menyepelekan yang lainnya. Sehingga kita tidak terjebak dalam rutinitas yang membuat hidup jauh dari pada Tuhan Yesus, jalanilah hidup utamakanlah Tuhan dan tunjukanlah itu dalam tindakan. Tuhan Yesus memberkati.