Sapaan Gembala

Natal Sang Pengembara

Penulis : Pdt Julius Mokolomban | Sun, 22 December 2024 - 18:09 | Dilihat : 184

Desember selalu menjadi bulan penantian, bulan damai, khususnya di kalangan orang Kristen. Gegap gempita Natal terdengar dan memberi warna tersendiri bagi dunia. Namun pernahkah kita berpikir dan merenungkan, bagaimana awal kehidupan manusia sampai kepada kehadiran Sang Natal?

Kejatuhan manusia dalam dosa, membuat mereka terusir dari taman yang indah yang dirancang Allah bagi manusia. Perjalanan kehidupan yang penuh kebahagiaan, kini berganti dengan tantangan dan penderitaan. Bahkan yang lebih menakutkan lagi, ketika pembunuhan pertama terjadi di kehidupan, manusia bukan hanya terusir dari taman Eden, tetapi keturunannya menjadi seorang pelarian dan pengembara. "Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku"(Kejadian 4:14).

Dalam kejadian pasal 7, mengisahakan perjalanan hidup manusia di lautan luas. Terjadi bagi Nuh dan keluarganya. Pengembaraan di lautan luas tanpa arah dan tujuanpun pernah terjadi di kehidupan. Demikian juga dengan Abram dipanggil Tuhan keluar dari tanah Ur-Kasdim pergi ke tempat yang Tuhan kehendaki. Tidak mudah bagi Abram, tapi tetap dilakoninya. Tidak berhenti di sana, Yakubpun hidup sebagai seorang pelarian, Ia berjalan dari tempat satu ke tempat yang lain, hidup dalam ketakutan, dalam kesalahan, bahkan tipu-menipu terjadi dalam hidupnya. Perjalanan hidup nenek moyang Israel, memberikan bukti yang nyata, memang manusia hanyalah pengembara dalam dunia ini.

Di dalam kitab keluaran dijelaskan bagaimana umat Tuhan (Israel) hidup mengembara di Mesir. Menderita penganiayaan di padang gurun, berjalan puluhan tahun, siapa yang dapat memahaminya? Manusia sulit memahami rancangan Allah bagi dirinya, karena sangat berbeda dengan keinginan dan harapannya. Semua berjalan dalam misteri Allah, dan terus berjalan, tanpa mengetahui kapan semua akan berakhir.

Tuntunan dan penyertaan Tuhan dalam perjalanan hidup manusia berdosa, akhirnya sampai kepada janji keselamatan yang sudah disampaikan oleh para Nabi. “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala”(Mika 5:1). Manusia hanya mengira-ngira jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukannya (Amsal 16:9).

Penggenapan janji Allah, diwujudnyatakannya melalui kehidupan Yusuf dan Maria. Lukas 2:4, “Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena Ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud”. Melakukan perjalanan ratusan kilometer, itu adalah hal yang biasa pada zaman itu, tetapi menjadi sulit dipahami, Maria hamil 9 bulan melakukan perjalanan sejauh itu. Secara Kesehatan, cukup berjalan 20-30 menit, tidak boleh lebih, itupun kalau kuat, dan tidak pernah dianjurkan perempuan yang hampir melahirkan berjalan sejauh itu, karena sangat berbahaya, baik bagi Ibu maupun bayi dalam kandungan.

Yusuf dan Maria harus menempuh perjalanan sekitar 129 km dari Nazaret ke Betlehem. Tanpa protes, sungut-sungut, apalagi berbantahan dari yusuf dan Maria. Mulai malaikat berbicara kepada Maria, “kamu akan mengandung dari Roh kudus”. Serta Yusuf, “Yusuf, jangan takut mengambil Maria menjadi istrimu”. Sampai pada perintah Kaisar Agustus untuk melakukan sensus penduduk, semuanya diterima dan dijalankan oleh Maria dan Yusuf. “Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan”(Lukas 2:6-7). Perjalanan ratusan kilo meter dalam kandungan, menjadi awal perjalanan bayi Yesus Kristus dalam dunia.

Kelahiran Yesus Kristus dalam dunia, menjadi kesukaan besar (Lukas 2:10), namun pernahkah kita merenungkan, betapa beratnya perjalanan ini, bagi Maria yang hamil tua, harus menempuh perjalanan yang begitu panjang, sekitar 3-4 hari. Kehadiran Kristus dalam dunia, malaikat dan Bala tentara Allah memuji Allah, para Gembala memuji dan memuliakan Allah, orang-orang Majus bersukacita menyembah dan mempersembahkan persembahan kepadaNya. Apakah ceritanya selesai, ternyata BELUM SELESAI.

Bayi Yesus yang terbungkus kain lampin, harus menempuh perjalanan kembali. Maria yang baru melahirkan harus Kembali berjalan. “Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: ”Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia”(Matius 2:13). Berita kesukaan besar, kini berganti menjadi berita menakutkan. Herodes mencari dan ingin membunuh bayi Yesus. Melarikan diri ke Mesir menjadi pesan Malaikat Tuhan kepada Yusuf.

Pelarian ke Mesir bukanlah hal yang mudah bagi seorang perempuan yang baru melahirkan, demikian juga dengan bayi Yesus yang dibungkus kain lampin. Perjalanan yang tidak kurang dari 700 km harus ditempuh (persis seperti perjalanan 165 hari, dari Jakarta ke Surabaya) bukankah ini membahayakan, dan dapat mengakibatkan kematian? Tetapi, lagi-lagi perjalanan yang panjang. begitu beresiko, dan tidak masuk akal, ditundukkan karena ketaatan mereka pada perintah Tuhan.

Dari Mesis kupanggil AnakKu (Matius 2:15b). Beberapa tahun kemudian, Yesus harus kembali mengikuti orang tuanya untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Israel. ”Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati.” Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel (Matius 2:20-21). Yusuf taat, ia harus kembali ke Israel, tepatnya ke Nazaret untuk memulai kehidupan yang baru, sesuai dengan ketetapan Allah. Yesus disebut orang Nazaret, karena orangtuanya berasal dari Nazaret dan disana Dia dibesarkan.

Natal Sang Pengembara, menjadi sejarah penting bagi setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Natal bukan berbicara apa yang kita kehendaki, bukan juga tentang kemeriahan acara yang kita persiapkan. Natal mengubah konsep pemikiran bodoh manusia, yang dipertontonkan Herodes. Merasa hebat dan berkuasa, ingin membinasakan Raja di atas segala Raja. Natal bukan sekedar jalan yang harus kita tempuh di kehidupan, tetapi ketertundukkan kita pada jalan yang benar, yang dirancangNya bagi kita di kehidupan ini.

Natal adalah perjalanan ketaatan pada kehendak Allah bukan pada rutinitas rohani. Natal adalah perjuangan panjang memelihara iman yang sungguh di hadapan Tuhan, bukan sandingan status yang melekat pada diri. Natal adalah perjalanan yang ditentukkan Allah bagi dunia, bukan kerajaan ataupun organisasi gereja.

Perjalanan iman kita dalam dunia ini memang melelahkan, namun tetaplah berjalan benar. Mari bertanding di kehidupan ini. Wujud nyatakan dengan mengikuti ajaran dan ketetapanNya. Kristus dari sorga turun ke bumi menyelamatkan manusia dan kembali ke sorga. Dengan demikian, Natal Sang Pengembara, adalah wujud dari perjalanan ketaatan, perjalanan Iman, dan perjalanan kehidupan yang kekal. Tuhan memberkati.

Lihat juga

Komentar


Group

Top