Sapaan Gembala

Jika Aku Lemah, Aku Kuat

Penulis : Pdt Julius Mokolomban | Tue, 4 March 2025 - 13:02 | Dilihat : 204

Kelemahan cenderung menjadi momok permasalahan bagi banyak orang. Ada yang berjuang melawan kelemahannya dengan terus memperbaiki diri, namun ada juga yang berusaha untuk menghindar dengan menutupi kelemahannya. Hal ini pun pernah dialami oleh rasul Paulus, ketika Ia diberi duri dalam daging (penderitaan yang diijinkan Tuhan terjadi dalam dirinya). Sebagai manusia normal, pasti berjuang untuk keluar dari penderitaan tersebut, bahkan Alkitab menuliskan berkali-kali Ia memohon belas kasihan Tuhan, supaya Ia terbebas dari penderitaan yang ia alami “Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku” (2 Korintus 12:8). Apa yang menjadi jawaban Tuhan bagi Paulus?

“Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ”Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna (2 Korintus 12:9a) Paulus berdoa kepada Tuhan, Paulus ingin sembuh, lepas dari penderitaan, namun jawaban Tuhan justru sebaliknya, Tuhan mengatakan: “cukup kasih karunia-Ku padamu” hal ini hendak mengingatkan bahwa, apa yang diberikan Tuhan itu sudah cukup bagi manusia, penyakit, kesusahan, penderitaan tidak akan memisahkan Paulus dari Tuhannya, “sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna”. Situasi apapun yang terjadi, mau mengingatkan, manusia memang lemah, maka butuh pertolongan dari Tuhan, Paulus memang lemah, tetapi Tuhan adalah kekuatannya.

Kelemahan adalah ketidakberdayaan, kelemahan selalu akan menjadi penderitaan, namun hal ini, tidak berlaku lagi bagi Paulus, “Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku”(2 Korintus 12:9b) bermegah atas kelemahan bukanlah ajaran manusia, dunia tidak menyukai kelemahan, bahkan pada dasarnya semua manusia tidak menginginkan kelemahan. Tetapi Alkitab mengajarkan sebaliknya, dikelemahan seorang Paulus, justru kuasa Tuhan menjadi nyata.

Duri dalam daging, menjadi pagar kuat, supaya Paulus tidak menjadi sombong. ”Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri” (2 Korintus 12:7). Persoalan hidup, selalu menjadi warna tersendiri dalam kehidupan, melemahkan dan kadang sangat menyusahkan. Disisi yang lain, kelemahan, selalu menjadi peringatan bagi kita, bahwa kita membutuhkan Tuhan senantiasa. “Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat (2 Korintus 12:10)

Orang percaya dipanggil untuk bermegah atas kelemahannya, supaya kuasa Kristus menjadi sempurna. Kelemahan adalah wujud dari ketidakberdayaan manusia, supaya ia berharap kepada Tuhan, kelemahan adalah pagar untuk tidak menjadi angkuh dan sombong, dalam menjalani hidup di dunia. Kesombongan raja Uzia, membawa pada hukuman Tuhan “'Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada Tuhan , Allahnya, dan memasuki bait Tuhan untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan”(2 Tawarikh 26:16) Dengan demikian, jangan pernah bermegah atas kehebatan dan keberhasilanmu dalam hidup ini, karena itu akan menjadi pintu masuk kehancuran dan hukuman Tuhan bagi kita. Tuhan memberkati

Lihat juga

Komentar


Group

Top