Sapaan Gembala

Berbuahlah Jika Tidak Ditebang

Penulis : Pdt Julius Mangantibe | Tue, 29 April 2025 - 13:22 | Dilihat : 168

Dalam Alkitab seringkali pohon dan buah dipakai untuk melukiskan keadaan spiritualitas seseorang. Orang yang kesukaannya merenungkan Taurat TUHAN siang dan malam seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, menghasilkan buahnya pada musimnya, tidak layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya berhasil (Mzm. 1:2- 3); orang yang mengandalkan TUHAN dalam segala hal seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, tidak mengalami datangnya panas terik, daunnya tetap hijau, tidak kuatir dalam tahun kering, tidak berhenti menghasilkan buah (bdg: Yer. 17:8).

Dalam narasi perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus dalam Injil Lukas 13:6-9, mengisahkan tentang seorang pemilik kebun anggur yang menanam pohon ara di kebunnya (merupakan suatu hak istimewa yang diberikan Sang pemilik kebun anggur). Dalam tiga tahun sang pemilik datang dan mencari, pohon itu tidak berbuah. Sang pemilik kebun akhirnya merasa kecewa dan memutuskan untuk menebang pohon itu. Namun, pengurus kebun itu memohon kepada sang pemilik kebun itu agar pohon itu tidak ditebang melainkan diberikan kesempatan sekali lagi dan berjanji akan memberikan perawatan tambahan dengan menggali tanah di sekitarnya dan memberikan pupuk pada pohon itu, sambil berharap bahwa pada tahun berikutnya pohon tersebut akan menghasilkan berbuah.

Dalam perumpamaan ini, Allah digambarkan sebagai pemilik kebun anggur yang mencurahkan perhatian-Nya kepada umat-Nya. Allah adalah pencipta dan pemberi kehidupan yang mengharapkan hasil yang baik dari setiap individu. Kehendak Allah untuk melihat buah, Ia datang dan mencari buah pada pohon ara tersebut, tetapi tidak menemukannya, bagian ini mencerminkan kehendak Allah untuk melihat spiritualitas dalam kehidupan umat-Nya. Sang pemilik kebun anggur adalah perwujudan Allah yang penuh kasih dan pengampunan. Meskipun pohon ara tidak berbuah selama tiga tahun, mencerminkan kondisi spiritual manusia yang tidak produktif atau tidak menghasilkan buah Roh. Ketidakberhasilan ini bisa terjadi karena ketidaktaatan, atau ketidakperhatian terhadap kehidupan rohani. Allah tidak terburu-buru untuk menebangnya. Sebaliknya, pengurus kebun memberikan kesempatan bagi pohon itu untuk berkembang lebih lanjut. Ini menggambarkan kasih karunia Allah yang memberi kita waktu dan kesempatan kedua untuk bertobat, memperbaiki hidup umat-Nya, dan memenuhi panggilan-Nya.

Jadi sesungguhnya, yang menjadi masalah bukanlah kurang diperhatikan, tetapi pohon ara itu sendiri yang memang tidak menghasilkan buah. Inilah gambaran hidup orang percaya, karena iman percaya kepada Yesus beroleh kasih karunia-Nya: dipilih, diselamatkan dan diangkat menjadi anak-anak-Nya, "yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain, seperti yang difirmankan-Nya juga dalam kitab nabi Hosea: 'Yang bukan umat-Ku akan Kusebut: umat-Ku dan yang bukan kekasih: kekasih.' Dan di tempat, di mana akan dikatakan kepada mereka: 'Kamu ini bukanlah umat-Ku,' di sana akan dikatakan kepada mereka: 'Anak-anak Allah yang hidup.'" (Rm. 9:24-26; bd. Hos. 1:10).

Yesus Kristus digambarkan sebagai pengurus kebun itu meminta kesempatan sekali lagi. “Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah.” Sang “Pengurus kebun” akan mengerjakan segala sesuatu bagi pohon agar bisa berbuah dan tidak harus ditebang dan berakhir di bara api. Hidup manusia yang begitu rusak oleh benalu dan tunas-tunas dosa sering kali tidak lagi dapat diperbaiki sendiri, sehingga manusia membutuhkan uluran tangan Yesus untuk “mencangkul tanah dan memberi pupuk” agar bisa selamat (bd. Yoh. 14:16).

Yesus Kristus telah datang untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam prosesnya, terkadang ada bagian-bagian yang tidak efektif dari diri manusia, maka bagian itu harus "dicangkul" atau "dipotong" dan itu bukanlah hal yang menyenangkan. Proses itu terkadang bisa membuat manusia menderita. Tapi itu sungguh diperlukan agar manusia selamat dari tebangan dan dilempar ke dalam api. Yesus Kristus pun berseru, “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” (Yoh. 15:4)

Jujurlah terhadap hal-hal yang masih menghambat pertumbuhan dan masih menghalangi diri kita untuk menghasilkan buah. Sadarkah kita bahwa kita pun seperti pohon yang diwajibkan untuk berbuah? Begitu penting, bahkan lewat Paulus kita bisa mendapatkan Firman bahwa kalau kita masih diberi kesempatan hidup, itu artinya kita harus terus bekerja menghasilkan buah. "Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah" (Filipi 1:22).

Dengan demikian, agar setiap orang percaya dapat bertumbuh dan berbuah dengan baik, ia harus tetap tinggal di dalam Kristus, dan Kristus di dalamnya, baik dalam kehidupan sehari-hari, keluarga maupun pekerjaan, hendaklah berpusat kepada Terang Kristus. Ketika ada proses-proses pemotongan tunas yang tidak produktif atau pembersihan benalu, laluilah itu dengan sukacita, karena proses itu sungguh diperlukan untuk menjadikan manusia itu pohon yang dapat berbuah lebat bagi kemuliaan TUHAN. Amin… @&JM

Lihat juga

Komentar


Group

Top