Sapaan Gembala

Berbuah Dari Pembaruan!

Penulis : Pdt Edward Everson Hanock | Thu, 12 June 2025 - 09:32 | Dilihat : 134

(Yehezkiel 36:22-32)

Keseluruhan kitab Yehezkiel berbicara tentang kemuliaan (Ibr. kavod) Yahweh yang telah meninggalkan Bait Suci. Hal itu disebabkan oleh pemberontakan umat-Nya. Sedari awal, Yehezkiel membuka mata kita bahwa TUHAN tidak (setidaknya pada zaman Yehezkiel) lagi menyatakan kemuliaan-Nya di Bait Suci. Ia justru melihat kemuliaan TUHAN pada saat ia berada di tepi sungai Kebar, sungai yang berada di daerah orang Kasdim (Babel), lihat Yehezkiel 1:3. Degradasi moral (demoralisasi) dan diikuti oleh kehidupan rohani (spiritual) yang kering memang terjadi secara masif di Yehuda pada waktu itu. Karena tahun-tahun di mana Yehezkiel melayani adalah tahun pemerintahan raja-raja Yehuda yang tidak lagi berpaut pada TUHAN. Sebut saja 4 (empat) raja, pasca raja Yosia, yang memerintah Yehuda sebelum kerajaan itu runtuh, yakni: Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin, Zedekia (2 Taw. 36; Yer. 39:8-10; 52:1-30; Yeh. 17). Di sisi lain, Yehezkiel juga menyaksikan pemimpin-pemimpin umat (para imam) yang melayani di Bait Suci, tidak lagi setia melayani TUHAN. Teguran TUHAN yang keras kepada mereka dalam Yehezkiel 34 merupakan gambaran the unfaithful spiritual leaders. Kepentingan diri dan kelompok lebih utama dibandingkan dengan kepentingan umat TUHAN. Mereka menjadi batu sandungan. Jika para pemimpin sudah rusak secara moral dan integritasnya, maka umat TUHAN atau rakyat pun mayoritas akan ikut rusak. Hanya ada sedikit saja yang dapat dikatakan mengambil posisi melawan kebobrokan itu dan berjuang untuk tetap setia pada Yahweh.

Salah satu dari yang sedikit itu adalah Yehezkiel. Sebagai salah seorang imam, tentu saja Yehezkiel mengetahui hal itu dengan jelas. Praktik-praktik yang menyimpang di Bait Suci tidak dapat ditutupi rapat-rapat. Karena TUHANlah yang menyingkapkan borok pelayanan di sana. Karena itu, pembaruan sangat diperlukan di Bait Suci. Agar, ‘the spirit of restoration’ dari Bait Suci itu tersebar ke seantero Israel. Agar Israel kembali menjadi umat-Nya dan TUHAN menjadi TUHAN mereka.

Pembaruan adalah sebuah berita perlawanan terhadap demoraliasai dan despiritualisasi. Tidak ada tawar-menawar. Israel, di semua level masyarakat atau status sosial, harus segera menatap pembaruan itu. Karena jika tidak, mereka akan berhadapan penghukuman dari Yahweh. Inilah panggilan dan tugas Yehezkiel, yang dipanggil sebagai ‘anak manusia’. Ia bertanggungjawab atas orang-orang sebangsanya yang sedang menatap penghukuman. Orang-orang yang menutup telinga terhadap kebenaran dan kemurahan Yahweh. Orang-orang yang berbalik dan membelakangi (baca: tidak setia kepada) Yahweh (band. Yeh. 18).

Akan tetapi, pembaruan bangsa Israel dan umat-Nya itu tidak mungkin bisa dimulai oleh Yehezkiel. Karena kecendrungan dosa atau pemberontakkan selalu memilih posisi sebagai lawan (musuh). Mereka memerlukan kasih karunia dari TUHAN. Ini adalah kabar baik bagi umat TUHAN di sepanjang zaman. We need God’s mercy. TUHAN berkata kepada Yehezkiel: “Bukan karena kamu Aku bertindak, hai kaum Israel, tetapi karena nama-Ku yang kudus. Nama TUHAN menyatakan diri-Nya sendiri: jabatan-Nya, sifat-sifat-Nya, firman-Nya, kehendak-Nya, kuasa dan otoritas-Nya, hikmat-Nya, keagungan dan kemuliaan-Nya (Mzm. 29:2; 34:3; 61:5; Kel. 3:13-14l 6:3; 33:19; 34:6-7; Mzm. 5:11; Kis. 9:15; 1 Sam. 17:45; 1 Raj. 5:5; Mikh. 5:4; Mal. 1:6; Mzm. 22:2; 76:1; Yoh. 17:6, 26). Sebagai umat yang semestinya menjadi ‘witness’ (saksi) atas kebesaran dan kemurahan hati-Nya, yang sudah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir dan memberikan kepada mereka tanah perjanjian (Kanaan), Israel—pada dirinya—harus menunjukkan keteladanan, moral, dan integritas sebagai umat perjanjian. Namun, panggilan itu tidak lagi dihidupi. TUHAN tidak dipermuliakan dalam hidup mereka. Sebaliknya, mereka mempermalukan TUHAN di tengah-tengah bangsa yang mengelilingi mereka. TUHAN bertindak cepat dan tepat. IA berjanji akan memulihkan/mentahirkan mereka (ay. 25). Pemulihan adalah awal dari pembaruan yang menuju pada perubahan cara berpikir (hati yang baru), semangat yang baru (roh yang baru), dan ketaatan kepada TUHAN (hati yang taat). Perubahan ini menjadi titik berangkat membuat komitmen yang baru dengan TUHAN; bahkan dengan segala kebaruan itu, kita diarahkan untuk memikirkan hal-hal yang baik. Kita menunjukan diri sebagai ciptaan baru. Kitab Suci berkata: “Karena kita ini buatan Tuhan, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan yang baik, yang dipersiapkan Tuhan sebelumnya. IA mau supaya kita hidup di dalamnya” (Ef. 2:10).

Pembaruan hidup kita menjadi pintu masuk bagi pertolongan TUHAN. Di mana pun kita berada: di lingkungan kita, di tempat kerja, di tengah-tengah persaudaraan, di dalam pelayanan, bahkan di dalam studi. Pembaruan yang TUHAN lakukan sangat produktif. Semua potensi, talenta, dan karunia yang TUHAN berikan kepada kita akan menjadi mesin penggerak yang dinamis untuk mendorong kita lebih produktif. Suplai terhadap produktivitas itu terjamin melalui hidup yang berkesinambungan di dalam TUHAN Yesus. Kitab Suci menyatakan “Kamu telah menerima Kristus Yesus, TUHAN kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia” (Kol. 2:6-7). Suplai produktivitas ditentukan seberapa kuat dan ‘membumi’ kita hidup dan berakar di dalam Kristus. Seseorang tidak bisa mengharapkan berbuah ke atas, jika ia tidak berakar kuat! Di dalam Kristus berarti segala nutrisi yang sehat akan mengalir ke dalam hidup kita: pikiran, jiwa, semangat, dan karya kita akan diwarnai oleh buah kehidupan yang memuliakan TUHAN!

Lihat juga

Komentar


Group

Top