Ibadah Jumat Agung
GRI 19 April 2019
YESUS JADI TERKUTUK MENGGENAPI KESELAMATAN
Pdt. Netsen
Pengantar :
Kita tdk tahu, sudah berapa kali kita memperingati hari kematian Kristus, tapi apakah itu sudah cukup untuk membuat kita sadar dan hidup melakukan kehendak Tuhan?
Ayat bacaan :
Yesaya 53:3-5; Galatia 3: 13
Yesaya 53:3-5
Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Galatia 3: 13
Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"
Yesus menjadi terkutuk demi menggenapi keselamatan kita. Keselamatan itu menjadi sangat penting untuk dipikirkan, sebab bukan saja orang percaya tapi semua orang beragama berusaha untuk mencari keselamatan. Dengan semua ritual agama yg dilakukan, manusia berpikir bisa mencapai keselamatan. Kalau ritual agama memang bisa menyelamatkan manusia, berarti keselamatan itu bukan terletak pada kehendak / kedaulatan Tuhan. Selain itu, manusia juga berusaha memperbaiki moral, etika dan tingkah laku untuk mendapatkan keselamatan. Namun apakah dengan semuanya itu manusia bisa memperoleh keselamatan ?
Ketika Allah memberikan hukum kpd Musa untuk dilakukan, siapa yg dapat melakukannya? Justru lewat hukum Taurat itu, mereka disadarkan betapa berdosanya manusia itu dan betapa manusia tdk pernah mampu mencapai standar Allah. Israel berkali-kali gagal, gagal dan gagal; mereka tdk setia dan memberontak kpd Allah. Manusia lainnya berpikir bisa mencapai keselamatan dg kecerdasan atau dg kekayaannya. Manusia berpikir dg kekayaannya bisa membeli keselamaran. Gereja pernah terjebak dlm kesalahan ini ketika Paus memperjualbelikan surat pengampunan dosa.*Semua usaha manusia TIDAK akan pernah bisa mencapai keselamatan* .
Paulus berkata kepada org2 di Efesus 2:1: Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
Efesus 2:8-9: Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
Jadi keselamatan itu bukan diberikan karena usaha manusia untuk
- mengejar atau mencari Allah
- berbuat baik
- melakukan aktifitas keagamaan - merespon panggilan Allah.
Keselamatan adalah totalitas anugerah Allah kepada manusia yg tidak berdaya. Karya Kristus di kayu salib mengingatkan betapa berdosanya manusia itu. Yesus rela menjadi terkutuk demi menggenapi anugerah keselamatan kepada manusia. Apakah sebenarnya TERKUTUK itu ? Ketika Kain membunuh Habel, ia dibuang dari hadapan Allah. Keterkutukan adalah ketika manusia dibuang dari hadapan Allah. Manusia memang selayaknya dibuang dari hadapan Tuhan karena manusia sudah berdosa. Tetapi Yesus Kristus yang sangat Agung dan Mulia, yang sama sekali tidak bersalah, Dia menanggung kutukan itu. Mengapa Yesus mau menanggung kutukan itu ? Karena Dia adalah Allah yang setia kepada perjanjian . Dia tak pernah mengingkari janji suci yg Ia berikan kepada Adam dan Hawa ketika mereka jatuh dalam dosa.
Kejadian 3:15
Janji yg diberikan kepada Adam ketika Adam jatuh ke dalam dosa : keturunan perempuan akan meremukkan kepala ular, keturunan ular akan meremukkan tumitnya. Janji dlm rentang ribuan tahun itu kemudian digenapi dlm Kristus. Ketika manusia pertama ditempatkan Tuhan di taman Eden, sesungguhnya manusia itu tdk pernah punya kehendak bebas yang sebebas-bebasnya, manusia harus taat kepada hukum yang diberikan Allah. Ketika manusia melanggar hukum Allah, maka manusia harus terkutuk, artinya terpisah dari Allah. Jadi jelas bahwa keterkutukan adalah keterpisahan dari Allah krn manusia melanggar perjanjian/ hukum / perintah yg diberikan Allah . Kutuk dari Adam bersifat universal, artinya kutuk itu berlaku utk semua keturunan Adam.
Paulus membandingkan, bahwa melalui Adam yg pertama semua manusia telah berdosa. Tetapi melalui Adam yg kedua, yakni Kristus, manusia diberikan keselamatan. Maka Yesus harus tersalib untuk menanggung kutuk yg tidak seharusnya Dia tanggung. Dia tersalib untuk menanggung kehinaan dan penderitaan bukan krn Dia yg melakukan kejahatan/ kesalahan, bukan karena Dia melanggar hukum, janji atau ketetapan2 Allah. Tetapi Yesus mengambil tempat yg seharusnya bagi kita manusia. Misteri salib tdk akan pernah habis kita pikirkan.
Ketika kita melihat konsekuensi dari keterkutukan itu, ketika Yesus menanggung kutuk / menjadi terkutuk, telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya dg begitu jelas dlm Yesaya 53 : Dia begitu hina, tdk berdaya, spt domba dibawa ke pembantaian. Semua orang yg menatap salib itu memberikan hinaan, celaan, olokan dan cercaan. Dia hancur, dipukul, disesah.
Dia menanggung kutuk sampai pada titik terendah, yg digambarkan Paulus : Dia yg dlm rupa Allah tdk menganggap kesetaraan dg Allah sbg milik yg harus dipertahankan, Dia mengambil rupa manusia, Dia Allah yg tak terbatas mengambil rupa manusia yg terbatas. Dia taat sampai mati di kayu salib : sampai pada titik terendah dlm kehidupanNya, utk menunjukkan cintaNya kepada manusia yg Ia cintai, pada manusia yg kepadanya Ia berkenan.
Salib menggambarkan kebobrokan / kehancuran manusia. Ahli2 taurat dan imam2, orang farisi dan Pilatus, bahkan umat Israel berpikir bahwa mrk mendapatkan kemenangan pd waktu penyaliban Yesus. Salib menunjukkan keberadaan manusia yg sesunguhnya, yakni kejahatan, kehinaan dan ketidak berdayaan manusia serta kematian yang harus dipikul manusia.
Tdk ada satu manusiapun yg sanggup melakukan hukum taurat, termasuk seorang Saulus, walaupun ia telah berusaha mati-matian untuk melakukan Taurat. Saulus gagal, ia tdk mampu memahami kehendak Allah. Oleh sebab itu ia mengatakan bahwa apa yg dia buat dahulu ( kekayaan, kemuliaan, posisi pemimpin tertinggi dlm agama, kegigihan melakukan taurat ), semua itu tdk ada artinya dibandingkan pengenalannya akan Kristus Yesus yang jauh lebih mulia dari semuanya itu. Itulah sebabnya Paulus mengarakan ia rela terkutuk demi kaum sebangsanya asalkan mrk bisa mengenal Kristus. Tapi Paulus tdk bisa menjadi penebus, ia mengatakan : "sekalipun darahku dicurahkan sbg korban bakaran, tdk akan bisa membawa kaum sebangsaku."
KESIMPULAN
Konsekuensi kematian Yesus di salib dlm menggenapi keselamatan manusia :
Keselamatan adalah mutlak anugerah Allah dalam Kristus Yesus. Tak ada yg dpt menggantikan Kristus urk menebus, menyelamatkan, mengampuni dosa, menyucikan manusia lewat darahnya.
Keselamatan bukan hasil pencapaian / hasil orestasi majusia krn ia berbuat baik/ memberi korban2 / melakukan ritual agamawi.
Keselamatan bkn hasil pencapaian krn kita rajin beribadah / setia melayani / ketika kita belajar Alkitab.
Keselamatan adalah pemberian Allah yg suci kpd manusia yg kepadanya Allah berkenan.
Keselamatan sempurna dan final krn Kristus Yesus adalah Allah yg sempurna, Allah yg sejati, Allah yg kudus, bukan krn kita yg layak menerimanya. Darah Yesus yg dicurahkan di kayu salib adalah darah yg suci.
Ibrani : Imam besar yg mengorbankan darahNya utk pengampunan dosa. Ia telah menyerahkan diri/ menyerahkan darahNya. Petrus berkara kita ditebus bukan dg emas perak atau barang2 yang mahal atau darah kambing domba, tapi oleh darah yg suci yaitu darah Anak Domba Allah, Yesus Kristus Tuhan.
Musa rela namanya dihapus dari kitab kehidupan spy Allah berkenan kpd umatNya, tapi Musa tdk bisa, krn iapun manusia berdosa dan ada dlm garis kerurunan Adam Hawa. Hanya Kristus yg telah menebus/ menggantikan kita, menjadi subsitusi utk menanggung dosa umat yg kepada Nya Ia berkenan.
Sekarang, bagaimana hidup kita ketika kita telah ditebus / diselamatkan oleh darahNya? Kita tdk lagi jadi budak dosa, tapi sbg hamba kebenaran. Kita harus melakukan apa yg jadi kehendak kebenaran. Kita sebagai hamba Kristus Yesus, yg kita lakukan adalah apa yg jadi Kehendak Allah.
Dlm menanggung kutuk, Yesus dipakukan, Yesus tergantung, Yesus mati. Di kayu salib Ia berseru, "AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Keterkutukan manusia yang ditanggung oleh Kristus di kayu salib menyebabkan relasi yang begitu indah dan kekal antara Kristus dan Bapa jadi terputus, sehingga Bapa memalingkan wajahNya dari Sang Putra, krn Ia berlumuran darah utk menebus dosa manusia.
Jangan putuskan relasi kita dg Kristus krn alasan apapun ( uang, harta benda, kedudukan, pasangan hidup, dll ). Ingat, jangan mengabaikan pengorbanan Kristus yg telah terpisah dg Bapa demi menyelamatkan kita. Betapa mahalnya sebuah pembebasan jiwa yg dibelenggu oleh dosa, betapa mahalnya harga satu jiwa utk dibebaskan dari murka Allah. Oleh sebab itu jangan pernah mempermainkan hidup kita di hadapan Tuhan. Dia Maha benar, Dia Maha suci dan tak ada salah pada diriNya. Org lain di sekitar penyaliban menyatakan ketidak bersalahan Yesus. Bahkan Yudas yang mengkhianati dan menjualNya mengatakan bahwa ia menyesal telah menjual orang yang tdk bersalah. Pilatuspun mengatakan ia tdk menemukan kesalahan Kristus, istrinya mengingatkan jgn ikut bagian utk tidak menanggung darah orang benar ini. Kepala pasukan berkata, sesugguhnya Orang ini adalah Orang benar, Orang suci, Orang yg tak bersalah.
PENUTUP :
Dlm kita berTuhan dan beriman, Kristus sdh menggenapi keselamatan dg menjadi terkutuk. Salib Kristus menggenapi seluruh hukum yg tertulis, baik oleh Musa maupun oleh para nabi. Salib Kristus memulihkan manusia dlm relasi indah dg Allah. Salib Kristus bersifat menebus, pengorbanan yg memperdamaikan : didamaikan dg Allah, dg diri sendiri dan dg sesama. Maka manusia yg percaya yg telah didamaikan dg Allah seharusnya membawa damai / menuntun org lain pada damai sejahtera dg Allah. Mari kita mengikut Dia dengan cara menyangkal diri, memikul salib. Kita mengerti apa itu pengorbanan, apa itu cinta kasih, apa itu melayani. Kristus berorientasi kepada kehendak Bapa, biarlah kita juga demikian.**
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)